Manajer Sepak Bola Tersukse
score.co.id – Sebuah piala diangkat tinggi-tinggi, sorak-sorai menggema, dan sorotan kamera menangkap wajah sang arsitek di pinggir lapangan. Dalam sepak bola, momen kemenangan adalah validasi tertinggi. Tapi bagaimana mengukur kesuksesan seorang manajer melampaui satu kemenangan? Jumlah trofi yang dikumpulkan sepanjang karir menjadi metrik paling nyata, sebuah bukti konkret tentang kepemimpinan, kemampuan taktis, dan—yang paling penting—konsistensi. Hingga akhir 2025, peta kepemimpinan sepak bola global menunjukkan satu nama yang masih berdiri tegak di puncak gunung prestasi: Sir Alex Ferguson. Dengan koleksi 49 trofi, sang legenda Manchester United ini masih menjadi tolok ukur yang belum bisa dilewati, bahkan oleh jenius modern seperti Pep Guardiola.
Artikel ini akan menyelami lebih dari sekadar angka. Kita akan mengupas filosofi di balik angka-angka tersebut, menganalisis konteks era yang berbeda, dan memahami mengapa daftar ini, yang disusun berdasarkan data dari Planet Football, GiveMeSport, dan Transfermarkt, menjadi pembicaraan hangat di kalangan penggemar.
Tak Tertandingi: Warisan Sir Alex Ferguson di Puncak
Membongkar Dominasi 49 Trofi
Angka 49 bukan sekadar statistik; itu adalah cerita tentang dua periode yang sama-sama epik. Sebelum mendirikan dinasti di Manchester United, Ferguson telah membangun kekuatan penantang di Skotlandia dengan Aberdeen. Di sana, ia tidak hanya meruntuhkan hegemoni Rangers dan Celtic dengan memenangkan tiga gelar liga, tetapi juga membawa Aberdeen meraih European Cup Winners’ Cup pada 1983. Ini adalah prestasi monumental yang menunjukkan kemampuannya membangun tim dari nol. Kemudian, selama 26 tahun membesut United, Ferguson mengukir era yang mungkin tidak akan terulang.
Ia memenangkan 13 gelar Premier League, lima FA Cup, dan dua Liga Champions UEFA (1999 & 2008). Kunci kesuksesannya terletak pada kemampuan beradaptasi. Ferguson membangun dan membongkar setidaknya empat tim hebat yang berbeda di Old Trafford, dari generasi “Class of ’92” dengan David Beckham dan Ryan Giggs, hingga skuad yang dibangun di sekitar Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney. Kemampuannya memanajemen pemain bintang, disiplin besi, dan “Fergie Time”—sebuah metafora untuk mentalitas pantang menyerah timnya—menjadikannya seorang manajer yang komplet. Meski telah pensiun lebih dari satu dekade, rekor 49 trofinya tetap aman, setidaknya untuk saat ini.

Pep Guardiola: Penantang Terdekat dari Era Modern
Duduk di peringkat kedua dengan 40 trofi, Pep Guardiola adalah kekuatan yang masih aktif dan terus menggerus jarak. Apa yang membedakan Guardiola adalah revolusi taktik yang dibawanya. Di Barcelona, ia mempopulerkan tiki-taka yang mendominasi Eropa, meraih treble pada 2009 dan 14 trofi secara total. Setelah sukses dengan Bayern Munich, ia membawa filosofi yang sama ke Manchester City, mengubahnya menjadi mesin juara yang hampir tak terbendung.
Hingga 2025, Guardiola telah memimpin City meraih enam gelar Premier League, termasuk empat gelar beruntun dari 2021 hingga 2024, dan akhirnya merebut Liga Champions yang didambakan pada 2023. Perbedaannya dengan Ferguson terletak pada konteks. Guardiola sering kali mengambil alih tim yang sudah mapan dan memiliki sumber daya finansial yang besar, sementara Ferguson membangun dari fondasi. Namun, kemampuan Guardiola untuk mempertahankan level performa tertinggi dan terus berinovasi—seperti dengan penggunaan inverted full-backs—membuatnya menjadi ancaman nyata bagi rekor Ferguson, asalkan ia tetap melanjutkan karir kepelatihannya yang gemilang.
“Tujuan utama saya bukan untuk memenangkan segalanya, tetapi untuk membuat tim saya bermain lebih baik setiap hari. Trofi adalah konsekuensi dari proses itu.” – Pep Guardiola

Raksasa-Raksasa Lainnya dalam Balapan Trofi
Legenda dari Era Berbeda: Stein dan Lucescu
Berbagi peringkat ketiga dengan 38 trofi, Jock Stein dan Mircea Lucescu mewakili kesuksesan di panggung yang berbeda. Stein adalah ikon Celtic dan sepak bola Skotlandia. Hampir semua trofinya diraih dengan The Hoops, termasuk European Cup pada 1967—menjadikannya manajer Britania pertama yang meraihnya. Tim “Lisbon Lions” yang legendaris itu terdiri seluruhnya dari pemain yang lahir dalam radius 30 mil dari stadion Celtic, sebuah prestasi yang hampir mustahil terulang di era modern.
Sementara itu, Lucescu adalah bukti kesuksesan yang berkelanjutan dan kemampuan beradaptasi di berbagai liga Eropa. Ia adalah arsitek di balik kejayaan Shakhtar Donetsk, memenangkan 22 trofi dan mengantarkan mereka menjadi kekuatan baru di Eropa, termasuk meraih UEFA Cup pada 2009. Kesuksesannya juga berlanjut di Dynamo Kyiv, Galatasaray, dan klub lainnya, menunjukkan kemampuannya mengelola tim di berbagai budaya sepak bola.
Spesialis dan Inovator: Ancelotti, Mourinho, dan Lobanovskyi
Carlo Ancelotti, dengan 30 trofi di peringkat keenam, adalah spesialis Liga Champions sejati. Ia adalah satu-satunya manajer yang telah memenangkan kompetisi bergengsi itu lima kali, dengan tiga klub berbeda (AC Milan dua kali, Real Madrid tiga kali). Kepiawaiannya dalam mengelola ruang ganti dan pendekatan yang lebih tenang membedakannya dari para rival.
Jose Mourinho, sang “Special One”, bersama Ottmar Hitzfeld, masing-masing mengoleksi 26 trofi. Mourinho meledak ke panggung dunia dengan Porto yang mengejutkan dengan memenangkan Liga Champions 2004, diikuti oleh kesuksesan di Chelsea, Inter Milan (treble 2010), dan Real Madrid. Gaya bermainnya yang pragmatis dan defensif solid menjadi ciri khas. Valeriy Lobanovskyi (30 trofi) adalah seorang inovator sejati. Di Dynamo Kyiv, ia menerapkan pendekatan saintifik terhadap sepak bola, menggunakan data dan statistik secara intensif untuk membentuk tim yang mendominasi sepak bola Soviet dan Eropa.
Membaca Peta Kesuksesan: Analisis di Balik Angka
Perbandingan Trofi Mayor
Untuk memahami komposisi kesuksesan mereka, mari kita lihat pembagian trofi mayor dari lima besar manajer. Gambaran ini memberikan insight yang lebih jelas tentang sumber dominasi mereka.
- Sir Alex Ferguson: Liga Domestik 16, Piala Domestik 15, Liga Champions/Eropa 3, Lainnya 15, Total 49
- Pep Guardiola: Liga Domestik 12, Piala Domestik 10, Liga Champions/Eropa 3, Lainnya 15, Total 40
- Mircea Lucescu: Liga Domestik 12, Piala Domestik 10, Liga Champions/Eropa 1, Lainnya 15, Total 38
- Jock Stein: Liga Domestik 10, Piala Domestik 15, Liga Champions/Eropa 1, Lainnya 0, Total 26
- Valeriy Lobanovskyi: Liga Domestik 13, Piala Domestik 9, Liga Champions/Eropa 3, Lainnya 5, Total 30
Dari perbandingan terlihat, kekuatan Ferguson sangat seimbang di semua lini. Ia mendominasi liga domestik (16 gelar) sekaligus produktif di piala domestik (15). Guardiola memiliki pola yang mirip, menunjukkan konsistensi di semua kompetisi. Lucescu dan Stein sangat kuat di piala domestik, sementara Lobanovskyi dan Ferguson memiliki catatan Eropa yang lebih kuat.
Era, Konteks, dan Kontroversi Penghitungan
Membandingkan manajer dari era yang berbeda seperti membandingkan apel dan jeruk. Ferguson dan Stein berjuang di era di mana tidak ada rotation yang ekstensif seperti sekarang, dengan tekanan media yang berbeda. Guardiola dan Ancelotti menghadapi intensitas jadwal yang lebih padat dan persaingan finansial yang lebih ketat.
Selain itu, selalu ada debat tentang penghitungan trofi. Beberapa analis hanya menghitung “trofi mayor” (liga, piala utama domestik, kompetisi Eropa/internasional), sementara yang lain memasukkan super cup dan piala komunitas. Inilah sebabnya angka dari berbagai sumber bisa sedikit berbeda. Daftar ini mengakomodir trofi yang diakui secara resmi oleh federasi nasional dan internasional, memberikan gambaran yang seluas mungkin tentang kesuksesan seorang manajer.
Proyeksi Masa Depan dan Kesimpulan
Pertanyaan besarnya adalah: apakah ada yang bisa menyalip Sir Alex Ferguson? Pep Guardiola jelas merupakan kandidat terkuat. Dengan usia yang relatif muda untuk seorang manajer dan masih membimbing mesin juara Manchester City, ia memiliki peluang nyata. Namun, mendulang 9 trofi lagi membutuhkan komitmen dan kesuksesan yang berkelanjutan selama bertahun-tahun ke depan.
Carlo Ancelotti, meski lebih tua, juga masih aktif dan selalu dikaitkan dengan klub-klub papan atas. Namun, jaraknya 19 trofi dari Ferguson mungkin terlalu jauh untuk dikejar. Legenda-legenda lain di daftar ini telah memastikan tempat mereka dalam sejarah. Warisan Sir Alex Ferguson mungkin tidak hanya terletak pada angka 49, tetapi pada kisah tentang membangun sebuah institusi, ketahanan mental, dan kemampuan untuk berevolusi. Ia bukan hanya seorang pemenang, tetapi seorang pembangun dinasti.
Terlepas dari siapa yang akhirnya akan menggantikannya, satu hal yang pasti: diskusi tentang kesuksesan manajerial akan selalu dimulai dan diakhiri dengan nama Sir Alex Ferguson. Dan bagi para penantangnya, gunung itu masih sangat tinggi untuk didaki.
Jadilah yang pertama mendapatkan analisis mendalam seperti ini dengan mengikuti update terbaru sepak bola dunia hanya di Score.co.id.












