Perbedaan Borneo FC dan Persisam
score.co.id, kami selalu antusias mengupas cerita di balik gemerlap sepak bola Indonesia. Samarinda, kota yang kaya akan semangat olahraga, pernah menjadi panggung bagi dua klub yang punya tempat istimewa di hati penggemar: Borneo FC dan Persisam Samarinda. Meski lahir dari tanah yang sama, keduanya punya kisah, gaya, dan capaian yang berbeda bak langit dan bumi. Persisam, yang kini menjelma jadi Bali United, meninggalkan jejak nostalgia, sementara Borneo FC hadir sebagai simbol kebanggaan baru Kalimantan Timur. Apa yang membuat mereka begitu berbeda? Yuk, kita telusuri sejarah, gaya bermain, hingga prestasi mereka hingga April 2025 dengan sudut pandang yang segar dan penuh warna!
Sejarah Borneo FC dan Persisam: Akar yang Berbeda
Persisam Samarinda: Cikal Bakal dari Merger 2003
Bayangkan Samarinda di awal 2000-an, saat dua kekuatan lokal—Persisam (klub Perserikatan yang dibiayai APBD) dan Putra Samarinda (tim Galatama berbasis swasta)—bergabung pada 2003. Lahirlah Persisam Samarinda, sebuah klub yang langsung mencuri perhatian. Puncak kejayaannya? Menjuarai Divisi Utama Liga Indonesia 2008–09, mengamankan tiket ke Liga Super Indonesia. Sayangnya, masalah keuangan terus membayangi. Pada 2014, klub ini diakuisisi oleh pengusaha Pieter Tanuri, pindah ke Bali, dan resmi menjadi Bali United pada 15 Februari 2015. Bagi suporter setia, momen itu terasa seperti kehilangan sahabat lama.

Borneo FC: Kebangkitan Samarinda di 2014
Ketika Persisam pergi, Samarinda seperti kehilangan denyut nadinya. Tapi, di situlah Borneo FC lahir pada 7 Maret 2014, digagas oleh Nabil Husein Said Amin dan PT Nahusam Pratama. Dengan semangat membara, mereka mengakuisisi lisensi Perseba Super Bangkalan dan memulai petualangan di Divisi Utama 2014. Nama “Borneo” bukan sembarang pilihan—ia mencerminkan kebesaran dan kekuatan Pulau Kalimantan. Dalam waktu singkat, klub ini melesat ke kasta tertinggi Liga 1, membuktikan bahwa Samarinda masih punya taring di sepak bola nasional.
Gaya Permainan dan Manajemen: Tradisional vs Modern
Gaya Persisam: Berjuang di Tengah Keterbatasan
Persisam punya gaya yang, kalau boleh jujur, terasa seperti perjuangan seorang petarung jalanan. Mereka mengandalkan kombinasi pemain lokal dan asing seperti Cristian Gonzáles atau Lancine Koné untuk menjaga performa. Namun, keterbatasan dana dan infrastruktur sering kali membuat langkah mereka terhambat. Meski begitu, suporter Pusamania adalah nyawa klub ini. Sorak sorai mereka di Stadion Segiri selalu sukses bikin bulu kuduk merinding, menciptakan atmosfer yang tak terlupakan.
Gaya Borneo FC: Profesionalisme dan Identitas Komunitas
Borneo FC? Mereka seperti tim yang datang dengan rencana matang dan eksekusi apik. Manajemennya modern, terlihat dari investasi di Borneo FC Training Center dengan lapangan sintetis berstandar FIFA. Gaya bermain mereka memadukan talenta lokal Kalimantan dengan pemain asing, menghasilkan tim yang lincah dan sulit ditebak. Suporter Pusamania, yang kini punya lebih dari 8.000 anggota dan dijuluki “Republik Orange,” adalah kekuatan sejati di belakang klub. Warna oranye yang membanjiri tribun bukan cuma simbol, tapi cerminan semangat yang menyala-nyala.
Prestasi: Jejak Kejayaan di Lapangan
Pencapaian Persisam: Kilau Singkat di 2008–09
Persisam pernah bersinar terang pada 2008–09, saat mereka menggenggam gelar Divisi Utama Liga Indonesia dengan 17 kemenangan dari 28 laga dan 58 poin. Top skor Aldo Baretto dengan 13 gol jadi bintangnya. Sayangnya, setelah naik ke Liga Super Indonesia, performa mereka naik-turun seperti roller coaster. Posisi terbaik adalah peringkat 6 pada 2010–11, tapi masalah keuangan dan inkonsistensi membuat mereka sulit bertahan. Musim terakhir di 2014, mereka finis di peringkat 6 dengan 26 poin dari 20 laga.
Borneo FC: Konsistensi di Kasta Tertinggi
Borneo FC, di sisi lain, punya catatan yang lebih stabil. Debut di Divisi Utama 2014 langsung membawa mereka juara dengan 52 poin. Setelah promosi ke Liga 1, mereka terus menunjukkan taji. Gelar Piala Gubernur Kaltim 2016, runner-up Piala Presiden 2017 dan 2022, hingga peringkat 3 di Championship Series Liga 1 2023–24 dengan 70 poin adalah bukti nyata. Hingga April 2025, mereka bertengger di peringkat 7 BRI Liga 1 2024/2025 dengan 42 poin dari 28 laga, ditambah kemenangan gemilang 3–0 atas Lion City Sailors di ASEAN Club Championship 2024–25. Keren, kan?
Perbandingan di 2025: Borneo FC vs Bali United (Eks Persisam)
Di musim BRI Liga 1 2024/2025, Borneo FC dan Bali United (penerus Persisam) masih jadi bahan perbincangan. Per Maret 2025, Borneo FC duduk di peringkat 7 dengan 42 poin (12 menang, 6 seri, 10 kalah, selisih gol +6), sedangkan Bali United di peringkat 9 dengan 41 poin (11 menang, 8 seri, 9 kalah, selisih gol +8). Bedanya tipis, tapi Borneo FC unggul soal organisasi tim dan dukungan suporter yang luar biasa. Bali United, dengan manajemen yang lebih mapan, tetap jadi lawan yang tak bisa diremehkan. Pertarungan ini menunjukkan bagaimana Borneo FC berhasil menggantikan Persisam sebagai kebanggaan Samarinda, sementara Bali United membawa semangat baru di Bali.
Analisis Perbedaan: Dari Sejarah hingga Identitas
Sejarah: Akar Lama vs Visi Baru
Persisam punya akar kuat dari merger 2003, menggabungkan tradisi Perserikatan dan Galatama. Tapi, perjalanan mereka terhenti di 2014 karena akuisisi. Borneo FC, meski lebih muda, hadir dengan visi besar untuk jadi kebanggaan Kalimantan. Dalam waktu kurang dari sepuluh tahun, mereka berhasil membangun identitas yang solid, mengisi kekosongan yang ditinggalkan Persisam dengan cara yang lebih terencana.
Gaya: Tradisional vs Profesional
Persisam berjuang dengan manajemen yang terbatas, bergantung pada talenta individu seperti Gonzáles. Sayangnya, minimnya dana dan infrastruktur jadi batu sandungan. Borneo FC, sebaliknya, punya pendekatan profesional dengan fasilitas modern dan suporter yang terorganisir. Julukan “Republik Orange” bukan cuma gaya-gayaan, tapi cerminan komunitas yang punya semangat tak kenal menyerah.
Prestasi: Kilau Singkat vs Konsistensi Panjang
Persisam punya momen emas di 2008–09, tapi performa mereka di Liga Super Indonesia tak pernah stabil. Borneo FC justru menunjukkan konsistensi, dari gelar Divisi Utama 2014 hingga prestasi di Liga 1 dan ASEAN Club Championship 2024–25. Mereka adalah bukti bahwa kerja keras dan visi yang jelas bisa membawa hasil.
Kesimpulan: Dua Era, Satu Kota
Borneo FC dan Persisam adalah dua babak berbeda dalam buku besar sepak bola Samarinda. Persisam, dengan sejarahnya yang kaya namun penuh tantangan, kini hidup dalam wujud Bali United. Borneo FC, sebagai penerus, telah mengukir identitas modern yang kompetitif, membawa harapan baru bagi kota ini. Di 2025, Borneo FC unggul tipis atas Bali United di Liga 1, menunjukkan bahwa Samarinda masih punya nyala api di dunia sepak bola.
Kisah ini bukan cuma soal dua klub, tapi juga tentang bagaimana sebuah kota bangkit dari kehilangan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Bagi saya, sepak bola adalah cerminan semangat komunitas—dan Samarinda telah membuktikannya dengan cara yang luar biasa.
Jangan lupa ikuti score.co.id untuk info lainnya seputar sepak bola yang bikin adrenaline terpacu!












