Trofi Mason Mount
score.co.id – Mason Mount. Sebuah nama yang sudah tak asing lagi di kancah sepakbola Inggris dan Eropa. Di usianya yang ke-26 pada tahun 2025, perjalanan karirnya bagai rollercoaster; dari puncak kejayaan sebagai pemenang Liga Champions hingga menghadapi ujian berat cedera dan adaptasi. Namun, satu hal yang tak terbantahkan: ia adalah seorang pengumpul trofi sejati.
Baik bersama Chelsea, Timnas Inggris, dan kini Manchester United, Mount telah membuktikan dirinya sebagai pemain dengan mentalitas pemenang. Artikel ini akan mengupas tuntas semua gelar tim dan penghargaan individu yang telah diraihnya, serta menganalisis perjalanan karirnya yang penuh liku hingga musim panas 2025.

Daftar Prestasi Gemilang Mason Mount
Rekam jejak Mason Mount dipenuhi dengan koleksi piala yang akan membuat banyak pemain senior sekalipun iri. Prestasinya tidak hanya datang di level senior, tetapi juga berawal dari dominasi absolut di level junior yang membentuknya menjadi pemenang.
Gelar Tim Senior Bergengsi
Puncak dari segala prestasi Mount tentu saja adalah
- Liga Champions UEFA yang ia persembahkan untuk Chelsea FC pada musim 2020/2021. Ia menjadi pilar penting dalam perjalanan The Blues mengalahkan Manchester City di final. Kesuksesan di Eropa itu kemudian dilanjutkan dengan raihan
- Piala Super UEFA pada tahun 2021, mengalahkan Villarreal. Tak berhenti di sana, ia juga merasakan menjadi juara dunia tingkat klub dengan mengangkat
- Piala Dunia Antarklub FIFA pada tahun 2022.
Setelah kepindahannya yang cukup menggemparkan ke Manchester United, banyak yang mempertanyakan apakah ia masih bisa merasakan aroma trofi. Mount menjawabnya dengan bukti. Pada tahun 2024, ia berperan penting dalam membantu Setan Merah mengakhiri puasa gelar dengan memenangkan Piala FA Inggris, mengalahkan rival sekota, Manchester City, di partai puncak.
Dominasi Total di Level Junior
Sebelum menerangi panggung utama, Mount adalah raja di level muda. Bersama akademi Chelsea yang legendaris, ia memenangkan
- Liga Pemuda UEFA (UEFA Youth League) pada musim 2015/2016. Prestasi yang lebih hebat adalah raihan
- Piala FA Pemuda Inggris (FA Youth Cup) selama dua musim berturut-turut (2015/2016 dan 2016/2017), yang menegaskan dominasi generasinya.
Tidak hanya di klub, darah juara juga ia tunjukkan bersama timnas. Mount menjadi kapten dan motor Timnas Inggris U19 yang sukses menjadi juara Kejuaraan Eropa U-19 pada tahun 2017. Prestasi ini semakin melambungkan namanya sebagai salah satu talenta terbaik generasinya.
Penghargaan Individu yang Membanggakan
Kontribusi besarnya bagi kesuksesan Inggris U19 di Kejuaraan Eropa 2017 tidak luput dari perhatian. Performa gemilangnya membuatnya dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Turnamen (Golden Player), sebuah penghargaan yang membuktikan bahwa ia bukan hanya sekadar bagian dari tim, melainkan pemain kunci yang menentukan.
Pencapaian dan Final yang Terlewat
Selain daftar juara, perjalanan karir juga diwarnai dengan rasa sedih yang harus menjadi pembelajaran. Salah satu yang paling membekas adalah finis sebagai Runner-up Kejuaraan Eropa (Euro 2021) bersama Timnas Inggris senior. Kekalahan lewat adu penalti dari Italia di Wembley menjadi memori pahit yang hingga kini memacu dirinya untuk suatu hari nanti bisa membalasnya.
Dari Puncak Eropa Menuju Ujian Kebangkitannya
Karir Mason Mount dapat dilihat sebagai sebuah trilogi yang menarik. Babak pertama adalah kisah kesuksesan gemilang di Chelsea. Sebagai anak kandung akademi Cobham, ia naik pangkat dan menjadi simbol kebangkitan Chelsea era Frank Lampard.
Di bawah asuhan Thomas Tuchel, ia mencapai puncak tertinggi dengan menjuarai Liga Champions. Saat itu, Mount adalah representasi sempurna dari intensitas, kreativitas, dan kerja keras yang diinginkan Tuchel.
Babak kedua adalah babak ujian dan transisi. Kepindahannya ke Manchester United pada tahun 2023 ternyata tidak semulus yang dibayangkan. Musim pertamanya diwarnai dengan frustrasi akibat serangkaian cedera otot yang menghambat ritmenya. Ia kesulitan menemukan konsistensi dan tampak seperti puzzle yang belum pas dengan sistem yang diterapkan. Kritikan berdatangan, dan banyak yang mulai mempertanyakan nilai investasi yang dikeluarkan United.
Namun, pemain berkelas sejati tidak pernah tenggelam terlalu lama. Ini membawa kita pada babak ketiga: Kebangkitan di Era Ruben Amorim. Awal musim 2025/2026 menandai perubahan nasib bagi Mount. Kedatangan pelatih baru Ruben Amorim membawa angin segar. Filosofi tactician asal Portugal yang menekankan pada pressing tinggi, transisi cepat, dan mobilitas yang ekstrem ternyata sangat cocok dengan karakteristik permainan Mount.
Mount sendiri mengaku merasa “lebih baik dari sebelumnya” baik secara fisik maupun mental. Ia bukan lagi pemain yang berjuang mencari bentuk, melainkan menjadi ujung tombak strategi Amorim. Kemampuannya dalam membaca ruang, melakukan pergerakan tanpa bola, dan menyodorkan umpan-umpan terobosan menjadi senjata andalan sistem taktis United yang baru.
DNA Pemenang dan Warisan untuk Generasi Muda
Pada usia 26 tahun, Mason Mount sudah merasakan hampir segalanya. Dari juara dunia klub hingga final besar bersama negaranya, dari pujian hingga hujatan. Daftar trofinya berbicara sendiri tentang DNA pemenang yang melekat pada dirinya.
Yang kini menarik untuk disimak adalah peran barunya tidak hanya di dalam lapangan. Sebagai salah satu pemain dengan pengalaman paling banyak meraih gelar di skuad United, ia secara alami mengambil peran sebagai mentor. Mount sering terlihat memberikan arahan dan berbagi pengalaman dengan para pemain muda yang juga sedang beradaptasi dengan sistem Amorim. Ia menggunakan pengetahuannya bermain dalam formasi dan sistem berintensitas tinggi untuk mempercepat proses pembelajaran seluruh tim.
Perjalanan Mason Mount adalah bukti nyata bahwa dalam sepakbola modern, kecocokan dengan sistem taktis seorang pelatih adalah segalanya. Ia bersinar under Lampard dan Tuchel, meredup di sistem yang tidak sesuai, dan kini kembali bersinar under Amorim. Ini pelajaran berharga bahwa seorang pemain bintang tidak selalu bisa langsung beradaptasi di lingkungan baru; butuh waktu, kesabaran, dan yang terpenting, sebuah sistem yang mampu mengekstrak kemampuan terbaiknya.
Dengan kondisi fisik yang prima dan kepercayaan diri yang kembali pulih, musim 2025/2026 berpotensi menjadi musim kebangkitan sekaligus penebusan bagi Mason Mount. Satu hal yang pasti, ia masih memiliki banyak waktu untuk menambah koleksi trofi di vitrinnya, dan siapa tahu, mungkin akhirnya mengangkat trofi besar bersama Timnas Inggris.
Kesimpulan
Mason Mount telah membungkus para kritikusnya dengan prestasi dan mentalitasnya. Dari Cobham hingga Old Trafford, perjalanannya dipenuhi trofi dan pelajaran berharga. Ia adalah bukti hidup bahwa kesuksesan dibangun dari kerja keras, ketekunan, dan kemampuan beradaptasi. Dengan daftar penghargaan yang sudah ia kumpulkan di usia yang terhitung muda, masa depannya masih sangat terbuka untuk meraih lebih banyak lagi kesuksesan.
Jangan lewatkan terus perkembangan terbaru dunia sepakbola dan analisis mendalam lainnya hanya di Score.co.id












