Trofi Inter Milan Musim Ini
score.co.id – Inter Milan menutup musim 2024/2025 dengan kekecewahan mendalam. Meski dielu-elukan sebagai calon kuat peraih multiple gelar, Nerazzurri justru pulang dengan tangan hampa. Impian quadruple musnah, harapan treble pupus, dan yang tersisa adalah pertanyaan besar: apa yang sebenarnya terjadi?
Kegagalan di Ranah Domestik: Tersandung di Momen Krusial
Inter Milan gagal mempertahankan dominasinya di Italia. Musim ini menjadi bukti bahwa konsistensi adalah kunci yang hilang dari permainan mereka.

Serie A: Drama Satu Poin yang Memilukan
Perburuan scudetto berlangsung sengit hingga detik terakhir. Inter harus puas finis sebagai runner-up, tertinggal satu poin di belakang Napoli. Kemenangan 2-0 atas Como di pekan penutup sia-sia karena Napoli juga meraih tiga poin atas Cagliari. Yang lebih menyakitkan, Inter kerap kehilangan poin di laga-laga yang seharusnya bisa dimenangkan. Kekalahan dari tim papan tengah dan seri yang tidak perlu menjadi biang keladi kegagalan mereka.
Supercoppa Italiana: Awal dari Tragedi
Final Supercoppa Italiana melawan AC Milan seharusnya menjadi momen kebangkitan. Inter unggul cepat 2-0 berkat gol Lautaro Martínez dan Mehdi Taremi. Namun, keunggulan itu justru berubah menjadi bencana. Milan bangkit dan membalikkan skor menjadi 3-2. Kekalahan ini menjadi pertanda buruk untuk musim yang berjalan.
Coppa Italia: Dihancurkan Rival Sekota
Nasib buruk berlanjut di Coppa Italia. Inter kembali bersua AC Milan di semifinal. Setelah imbang 1-1 di leg pertama, Nerazzurri tampil tanpa nyawa di leg kedua. Mereka dihajar telak 0-3, mengubur harapan terakhir untuk meraih trofi domestik.
Perjalanan Epik yang Berakhir Tragis di Liga Champions
Berbeda dengan performa buruk di domestik, Inter justru gemilang di Eropa. Mereka tampil sebagai tim yang disegani dan penuh karakter.
Eliminasi Raksasa-Raksasa Eropa
Inter melewati fase grup dengan percaya diri. Di babak gugur, mereka membungkam Feyenoord, mengandaskan Bayern Munich, dan mengalahkan Barcelona dalam semifinal yang dramatis dengan agregat 7-6. Pertandingan melawan Barcelona disebut-sebut sebagai salah yang paling seru dalam sejarah Liga Champions.
Final yang Berujung Malapetaka
Final di Allianz Arena, Munich, menjadi saksi bisu kehancuran Inter. Berhadapan dengan Paris Saint-Germain, Nerazzurri tampil tanpa daya. Mereka dibantai telak 0-5, kekalahan terbesar dalam sejarah final Liga Champions. Mimpi mengulang kejayaan 2010 pun musnah dalam satu malam.
Analisis Performa Skuad dan Taktik: Antara Cemerlang dan Mengecewakan
Performa pemain dan kepelatihan Inter musim ini ibarat dua sisi koin yang berbeda.
Pemain Kunci: Thuram Bersinar, Lautaro Meredup
Marcus Thuram menjadi penyerang paling konsisten dengan mencetak 14 gol di Serie A. Ia tampil percaya diri dan menjadi tulang punggung serangan. Sebaliknya, kapten tim, Lautaro Martínez, justru mengalami penurunan drastis. Hanya 12 gol yang ia cetak di liga, jauh di bawah standarnya. Inkonsistensinya di momen-momen krusial menjadi masalah serius.
Rapor Simone Inzaghi: Genius Eropa, Gagal Domestik
Simone Inzaghi menunjukkan kelihaiannya di Liga Champions. Namun, ia gagal total di kompetisi domestik. Timnya kerap tidak stabil: menang besar di satu laga, lalu kalah di pertandingan berikutnya. Yang paling mencolok adalah catatan buruknya melawan AC Milan. Dari lima derby sepanjang musim, Inter tidak pernah menang: tiga kalah dan dua imbang.
Tabel Perbandingan Performa Inter Milan
| Kompetisi | Posisi/Capaian | Catatan Penting |
|---|---|---|
| Serie A | Runner-up (1 poin di belakang Napoli) | Kehilangan poin di laga-laga krusial |
| Supercoppa Italiana | Kalah 2-3 dari AC Milan | Kehilangan keunggulan awal 2-0 |
| Coppa Italia | Tersingkir di semifinal | Kalah agregat 1-4 dari AC Milan |
| Liga Champions | Runner-up | Kalah 0-5 dari PSG di final |
Kesimpulan: Musim yang Menyakitkan dan Pelajaran untuk Masa Depan
Musim 2024/2025 adalah pelajaran pahit bagi Inter Milan. Masalah terbesarnya bukanlah teknis, tetapi mental. Tim ini kerap runtuh di tekanan tinggi, terutama saat berhadapan dengan rival langsung. Kekalahan beruntun di final dan semifinal membuktikan bahwa mereka kehilangan mentalitas juara.
Ke depan, manajemen harus mengevaluasi skuat dan karakter tim. Transfer pemain baru mungkin diperlukan, tetapi yang lebih penting adalah membangun kembali mental pemenang. Inter punya fondasi yang kuat, tetapi tanpa ketangguhan psikologis, segalanya akan sia-sia.
Jangan lewatkan perkembangan terbaru seputar dunia sepakbola hanya di score.co.id!












