Gaji Igor Tudor Jadi Beban Keuangan Juventus
score.co.id – Laga kontra Como berakhir dengan kekalahan 0-2. Tribun Allianz Stadium bergemuruh dengan yel-yel ketidakpuasan. Di pinggir lapangan, Igor Tudor hanya bisa menyaksikan dengan raut wajah muram. Kekalahan itu bukan sekadar tiga poin yang melayang, tetapi mungkin menjadi titik balik yang menentukan nasibnya. Di balik drama di lapangan hijau, sebuah kalkulasi finansial yang jauh lebih pelik sedang berlangsung di ruang direksi. Beban gaji Tudor, ditambah kewajiban bayar mantan pelatih, telah menciptakan badai keuangan sempurna bagi Juventus yang sedang berusaha bangkit dari keterpurukan fiskal.
Dilema Besar Juventus: Prestasi versus Kesehatan Finansial
Keputusan untuk mempertahankan atau memecat Igor Tudor tidak lagi sekadar pertimbangan teknis sepakbola. Ia telah berubah menjadi persoalan akuntansi yang rumit. Juventus terjepit antara keinginan untuk bersaing di papan atas Serie A dengan tekanan ketat Financial Fair Play (FFP) UEFA. Setiap langkah yang diambil, baik mempertahankan Tudor maupun memberhentikannya, sama-sama mengandung risiko finansial yang tidak kecil. Situasi ini menjadi ujian nyata bagi manajemen baru Juventus dalam mengelola klub warisan masa lalu yang sarat beban.

Asal Mula Masalah: Dari Juru Selamat menjadi Beban Potensial
Igor Tudor tiba dalam situasi darurat. Maret 2025, setelah Thiago Motta dipecat akibat rangkaian hasil buruk, mantan bek tangguh itu dipasang sebagai pelatih sementara. Kontraknya saat itu sangat sederhana: gaji €500,000 hingga akhir musim 2024/25. Tugasnya jelas: menyelamatkan sisa musim.
Yang terjadi di luar dugaan. Tudor berhasil membangkitkan semangat tim. Hasil positif beruntun diraih, dan yang paling vital, ia memastikan Juventus finis di posisi empat besar. Tiket ke Liga Champions diraih. Atas dasar kesuksesan ini, klausul perpanjangan kontrak otomatis aktif. Tudor kini diikat dengan kontrak penuh hingga Juni 2027, plus opsi perpanjangan hingga 2028. Saat itu, keputusan ini dianggap masterstroke. Kini, di tengah performa yang kembali fluktuatif, kontrak yang sama menjadi bom waktu.
Struktur Gaji yang Membelit: Rincian Beban Tudor
Berapa sebenarnya beban gaji Igor Tudor untuk Juventus? Angka dasarnya adalah gaji bersih €2.5 juta per tahun. Dalam dunia sepakbola Italia, di mana pajak bisa sangat tinggi, angka kotor (gross)nya diperkirakan mencapai sekitar €4.6 juta per tahun.
Namun, cerita tidak berhenti di situ. Kontrak pelatih jarang berdiri sendiri. Tudor datang dengan sejumlah staf kepercayaannya. Ketika biaya untuk seluruh staf pelatih ini ditambahkan, total beban gross tahunan membengkak menjadi sekitar €8 juta. Belum lagi bonus performa yang bisa mencapai €1 juta jika target-target tertentu terpenuhi. Ini adalah komitmen jangka menengah yang signifikan untuk klub yang sedang melakukan penghematan di segala lini.
Beban Ganda: Bayar Tudor Sekaligus Bayar Motta
Inilah inti persoalan yang membuat situasi keuangan Juventus begitu runyam. Beban terberat klub bukan hanya untuk Igor Tudor, melainkan akumulasi dari pembayaran kepada dua pelatih sekaligus.
Thiago Motta, pelatih yang dipecat untuk memberi jalan bagi Tudor, masih tercatat dalam buku keuangan Juventus. Klub masih harus membayar gaji Motta dan stafnya yang tersisa hingga kontraknya berakhir pada 2027. Perkiraan kasar nilai pembayaran ini mencapai €12 juta per tahun secara gross.
Bayangkan: Juventus harus mengeluarkan sekitar €8 juta untuk Tudor plus €12 juta untuk Motta. Totalnya, €20 juta per tahun hanya untuk membayar gaji orang-orang yang tidak semuanya sedang aktif melatih tim utama. Ini adalah pemborosan sumber daya yang sangat besar dan menjadi contoh nyata mismanajemen yang berlarut-larut.
Kalkulasi Neraca: Apa yang Terjadi Jika Tudor Dipecat?
Ini adalah pertanyaan paling kritis. Dengan tekanan dari fans dan hasil yang tidak kunjung membaik, opsi pemecatan Tudor pasti beredar di ruang rapat. Namun, dari sudut pandang keuangan, langkah ini justru bisa menjadi bumerang.
Jika Juventus memutuskan memecat Tudor hari ini, klub wajib membayar sisa nilai kontraknya. Dengan sisa dua tahun (plus opsi tahun ketiga), besaran pembayaran severance yang harus ditanggung klub diperkirakan berada di kisaran €8 hingga €12 juta. Itu adalah uang yang harus dikeluarkan sekaligus atau diangsur, untuk seseorang yang tidak lagi bekerja.
Dan itu belum akhir cerita. Juventus pasti akan merekrut pelatih baru. Untuk mendapatkan nama yang levelnya setara, klub harus merogoh kocek lagi. Gaji pelatih top seperti Roberto Mancini atau Luciano Spalletti bisa menelan biaya gross sekitar €10-15 juta per tahun termasuk staf.
Hitungan Akhir Beban Keuangan Juventus
| Skenario | Estimasi Beban Tahunan (Gross) | Keterangan |
|---|---|---|
| Pertahankan Tudor | €20 juta | Sudah termasuk gaji Tudor + bayar Motta. Status quo. |
| Pecat Tudor | €30 – €47 juta | Termasuk bayar severance Tudor, gaji pelatih baru, DAN tetap bayar Motta. |
Angka-angka di atas adalah gambaran jelas mengapa direksi Juventus sepertinya lebih memilih untuk bersabar. Memecat Tudor bukanlah menghemat uang, justru menambah pengeluaran jangka pendek yang sangat besar.
Dampak Financial Fair Play (FFP) dan Masa Depan Juventus
UEFA memiliki mata yang tajam terhadap Juventus. Klub asal Turin ini sudah lama berada dalam radar karena dugaan pelanggaran FFP, khususnya terkait batas kerugian finansial maksimal €90 juta dalam periode tiga tahun. Menambahkan beban severance dan gaji pelatih baru yang besar ke dalam laporan keuangan bisa menjadi pemicu sanksi keras dari UEFA.
Sanksinya bisa beragam, mulai dari denda finansial yang besar, pembatasan rekrutmen pemain, hingga yang terburuk: pengecualian dari kompetisi Eropa seperti Liga Champions. Kehilangan pendapatan dari Liga Champions akan menjadi pukulan telak yang memperparah keadaan. Juventus benar-benar terjebak.
Pelajaran dari Masa Lalu dan Jalan Keluar yang Mungkin
Juventus bukan kali pertama menghadapi situasi seperti ini. Masalah serupa, meski dalam skala lebih besar, pernah terjadi dengan kepergian Cristiano Ronaldo. Klub masih merasakan dampak finansial dan hukum dari transaksi tersebut hingga bertahun-tahun kemudian. Manajemen saat ini, di bawah naungan keluarga Elkann, pasti tidak ingin mengulangi kesalahan impulsif yang sama.
Oleh karena itu, opsi paling realistis adalah mempertahankan Tudor setidaknya hingga akhir musim, atau hingga setelah Piala Dunia Antar Klub 2025. Keputusan akhir akan sangat bergantung pada hasil-hasil pertandingan mendatang. Juventus berharap Tudor bisa mengulangi momentum positifnya, sekaligus mencari celah untuk merasionalisasi biaya, mungkin melalui penjualan pemain atau perundingan ulang kontrak.
Seorang sumber dekat klub dengan nada frustrasi berkomentar, “Kami sadar situasi di lapangan tidak ideal. Tapi kami terjebak. Memecat pelatih ketiga dalam satu musim adalah pengakuan kegagalan dan, yang lebih penting, sebuah bunuh diri finansial.”
Penutup: Tikus dan Kapal Tua
Drama Igor Tudor dan beban gajinya adalah cermin sempurna dari kondisi Juventus saat ini: sebuah kapal besar yang berusaha berbelok menghindari gunung es, namun dibebani oleh jangkar masa lalu yang berat. Setiap keputusan, baik untuk tetap pada kursus saat ini atau mengubah arah secara drastis, mengandung risiko yang bisa menggoyahkan stabilitas kapal.
Kalkulasi keuangan telah menjadi penentu utama dalam ruang keputusan, menggeser pertimbangan murni sepakbola. Dalam dunia modern, neraca sering kali berbicara lebih lantang daripada klasemen. Bagi Juventus, jalan keluar terbaik mungkin bukan perubahan dramatis, tetapi kesabaran dan manajemen yang cermat untuk perlahan-lahan melepaskan diri dari belenggu finansial ini.
Tetap ikuti perkembangan berita sepakbola Italia dan analisis mendalam lainnya hanya di Score.co.id.












