Erick Thohir Tetapkan Kriteria Calon Pelatih
score.co.id – Sebuah keputusan berani telah diambil. Pasca kegagalan menembus babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, Erick Thohir tidak sekadar memecat Patrick Kluivert. Langkah yang dilakukan Ketua Umum PSSI ini lebih radikal: membongkar fondasi dan menetapkan kriteria baru yang ambisius untuk sang nahkoda berikutnya. Ini bukan lagi tentang mencari pelatih yang hanya bisa memenangkan pertandingan, tetapi tentang menemukan seorang arsitek yang mampu membangun sistem sepak bola Indonesia dari puing-puing ketidakselarasan masa lalu. Targetnya jelas: 16 besar Piala Asia 2027 dan gerbang Piala Dunia 2030. Pertanyaannya, siapakah yang sanggup memikul beban sekaligus kepercayaan sebesar ini?
Keputusan ini menandai babak baru yang tegas. Thohir, dalam konferens persnya, secara implisit menyatakan bahwa era “pelatih selebritas” dengan pendekatan instan telah berakhir. Fokusnya kini beralih kepada pembangunan jangka panjang dan integrasi yang komprehensif.

Membongkar Kriterianya Erick Thohir: Lebih dari Sekadar Taktik
Proses rekrutmen ini tidak lahir dari ruang hampa. Ia berakar pada evaluasi mendalam terhadap kekurangan kepemimpinan sebelumnya. Thohir tidak hanya melihat pada hasil akhir, tetapi pada proses—atau lebih tepatnya, ketiadaan proses—yang koheren.
Filosofi Bermain yang Menyatukan Visi
Kriteria pertama dan paling fundamental adalah keselarasan filosofi. Pelatih baru harus memiliki cara pandang permainan yang selaras dengan visi besar PSSI. Ini bukan tentang memaksakan satu gaya permainan kaku, melainkan tentang memiliki prinsip dasar yang dapat diterapkan secara konsisten di semua level timnas.
“Tidak bisa pelatih ada jarak dengan program yang dibangun TD [Technical Director] dan BTN.”
Pernyataan ini adalah kritik halus terhadap masa lalu, di mana seolah-olah terdapat tembok antara kepelatihan tim senior dengan program pembinaan usia dini. Pelatih baru diharuskan menjadi bagian dari sebuah mesin besar, bukan bintang solo.
Karakter dan Kepemimpinan di Atas Lapangan
Aspek kedua yang tak kalah pentingnya adalah karakter. Thohir mencari figur yang memiliki keteguhan, kewibawaan, dan kemampuan manajemen pemain yang kuat. Dalam dunia sepak bola Indonesia yang penuh dinamika dan tekanan, kemampuan membina hubungan baik dengan pemain, media, dan federasi adalah sebuah keharusan.
“Ada pelatih yang kuat di management pemain, tetapi taktikal belum, tetapi dia di-support timnya,”
Ini mengisyaratkan bahwa PSSI akan membentuk sebuah tim kepelatihan yang solid, di mana kelemahan satu orang ditutupi oleh kelebihan orang lain, sebuah pendekatan yang lebih modern dan kolaboratif.
Rekam Jejak dan Kemampuan Teknis-Taktis
Meski karakter diutamakan, rekam jejak yang terbukti tetap menjadi prasyarat mutlak. Pelatih harus menunjukkan kemampuannya dalam mengembangkan tim, membaca permainan, dan meraih hasil. Kemampuan teknis-taktis ini harus sejalan dengan target kompetitif yang konkret. Dengan ranking Indonesia yang masih berkutat di sekitar 20 besar Asia, tantangan untuk masuk 16 besar Piala Asia 2027 bukanlah hal sederhana.
Menyinkronkan Sistem dari Senior Hingga Junior
Ini mungkin adalah kriteria yang paling revolusioner. Pelatih timnas senior tidak lagi boleh hidup dalam menara gading. Ia harus terlibat aktif dalam menciptakan dan menjaga konsistensi sistem permainan dari tim U-17, U-20, U-23, hingga senior. Tujuannya adalah menciptakan sebuah footballing identity yang jelas, mirip dengan yang dimiliki negara-negara sepak bola maju di Asia.
Profil Kandidat: Siapa yang Sesuai dengan Kriteria Ketat Ini?
Berdasarkan kriteria tersebut, beberapa nama yang beredar di media mulai dapat dianalisis melalui kacamata yang lebih tajam.
Akira Nishino: Sang Arsitek Berpengalaman
Mantan pelatih Jepang ini bukan nama asing di kancah Asia. Kehebatannya dalam membawa Jepang melaju ke 16 besar Piala Dunia 2018 berbicara banyak tentang kemampuannya menangani tekanan turnamen besar. Pengalamannya yang luas, termasuk di Thailand, memberinya pemahaman mendalam tentang sepak bola Asia Tenggara. Nishino mewakili opsi yang aman, berpengalaman, dan memahami seluk-beluk pencahaian target internasional yang menjadi fokus Thohir.
Bojan Hodak: Sang Pemenang Lokal
Pelatih Persib Bandung ini telah membuktikan kapasitasnya dengan meraih dua gelar Liga 1 berturut-turut. Hodak memahami medan tempur Liga 1 seperti sedikit orang asing lainnya. Ia dikenal dengan pendekatan taktis yang disiplin dan kemampuan membangun tim yang solid. Kelemahannya mungkin di level internasional, namun kekuatannya dalam membangun fondasi dan memahami karakter pemain lokal sangat sesuai.
Bernardo Tavares & Mauricio Souza: Penantang dari Dalam Liga
Baik Tavares (eks PSM) maupun Souza (Persija) mewakili pelatih yang sudah “membumi” di Indonesia. Mereka memiliki pemahaman mendalam tentang kualitas pemain lokal, kultur sepak bola Indonesia, dan dinamika liga. Keunggulan mereka terletak pada kemampuan adaptasi dan potensi untuk bekerja secara harmonis dengan sistem PSSI.
Mengapa Shin Tae-Yong dan Kluivert Bukan Lagi Bagian Masa Depan
Keputusan untuk secara tegas mencoret Shin Tae-Yong dan Patrick Kluivert adalah sebuah pernyataan politik yang kuat dari Erick Thohir. Ini adalah upaya memutus mata rantai ketergantungan pada masa lalu dan membuka lembaran baru yang benar-benar berbeda.
Terkait STY, Thohir dengan blak-blakan menyatakan kemungkinan kembalinya adalah “0%.” Alasannya sederhana namun mendalam: STY dianggap sebagai bagian dari sejarah. Membawanya kembali dianggap sebagai langkah mundur.
Hal serupa berlaku untuk Kluivert. Eksperimen dengan pelatih berprofil tinggi namun kurang memahami konteks lokal dinilai gagal memenuhi ekspektasi. Nama besar saja tidak cukup.
Proyeksi dan Harapan: Sebuah Perjalanan Panjang Menuju 2030
Pencarian pelatih Timnas Indonesia di bawah komando Erick Thohir ini lebih dari sekadar proses rekrutmen biasa. Ia adalah sebuah manifestasi dari perubahan filosofi. Ini adalah pengakuan bahwa kesuksesan sepak bola tidak dibangun di atas satu orang pelatih, melainkan di atas sebuah sistem yang kokoh, terintegrasi, dan berjalan dengan visi yang jelas.
Proses seleksi yang tidak terburu-buru patut diapresiasi. Dengan melibatkan BTN, Dirtek, dan Exco PSSI, Thohir berusaha menciptakan checks and balances.
Masa Depan Garuda
Pada akhirnya, kriteria yang ditetapkan Erick Thohir adalah sebuah peta jalan. Pelatih baru nanti akan menjadi tokoh sentral dalam upaya monumental: menciptakan identitas sepak bola Indonesia yang modern, kompetitif, dan berkelanjutan. Perjalanan menuju Piala Dunia 2030 dimulai dari pemilihan nahkoda yang tepat hari ini.
Ikuti terus analisis mendalam dan perkembangan terbaru seputar Timnas Indonesia dan dunia sepak bola hanya di Score.co.id.












