Kembalikan Danny Welbeck
score.co.id – Di tengah hiruk-pikuk transfer pemain muda berbakat, sebuah suara legendaris justru menyerukan hal yang kontroversial. Wayne Rooney, ikon Manchester United, secara terbuka mendesak mantan klubnya untuk membawa pulang seorang striker yang usianya telah menginjak 34 tahun: Danny Welbeck. Pernyataan ini bukan sekadar nostalgia. Ia dilontarkan tepat ketika Welbeck sedang mengalami momen terbaiknya dalam karir, menjadi pencetak gol terbanyak asal Inggris di Premier League musim 2025/26 dengan 6 gol dari 10 pertandingan, hanya terpaut dari Erling Haaland. Artikel ini akan mengupas tuntas analisis di balik seruan Rooney, mengungkap tiga alasan utama yang ia kemukakan, dan menganalisis kelayakan dari sebuah keputusan yang penuh dengan pertimbangan taktis dan emosional.
Latar Belakang Seruan Sang Legenda
Pada awal November 2025, dalam episode terbaru podcast-nya, Wayne Rooney tidak hanya memuji, tetapi secara vokal mengadvokasi kepulangan Danny Welbeck ke Old Trafford. Keduanya memiliki sejarah panjang, bukan hanya sebagai rekan setim di Manchester United dari 2008 hingga 2014, tetapi juga di timnas Inggris. Rooney melihat sesuatu yang istimewa dalam performa Welbeck musim ini, sesuatu yang menurutnya adalah solusi instan yang terlewat oleh manajemen United.
“Dia sedang on fire. Saya sangat mencintai Daniel, saya suka dia,” ujar Rooney dengan nada penuh kekaguman.
Ia bahkan membagikan kenangan personal, menggambarkan bagaimana ibu Welbeck kerap membawakan mereka makan siang, sebuah detail yang menunjukkan ikatan erat di luar lapangan hijau. Rooney dengan tegas menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, ia “benar-benar ingin” Welbeck kembali, sebelum United akhirnya memutuskan untuk “berbelok arah” dengan merekrut talenta muda seperti Benjamin Sesko. Pernyataan ini adalah fondasi dari sebuah argumen yang dibangun bukan di atas dasar kenangan semata, melainkan bukti performa konkret yang sedang ditampilkan Welbeck bersama Brighton & Hove Albion.

Tiga Pilar Argumen Rooney: Mengapa Welbeck Layak Dipulangkan
Rooney tidak sekadar beropini. Ia membangun kasusnya dengan tiga argumentasi kuat yang menyentuh aspek performa, teknis, dan mental. Dalam analisis mendalam ini, kita akan mengurai ketiga pilar tersebut.
Performa Mencetak Gol yang Sedang Memuncak
Statistik berbicara lebih keras dari kata-kata. Pada musim 2025/26, Danny Welbeck bukan lagi sekadar striker pengganti yang berpengalaman; ia adalah mesin gol yang sedang dalam masa purple patch-nya. Enam gol yang ia cetak bukan berasal dari akumulasi sepanjang musim, melainkan konsentrasi dalam lima pertandingan terakhir Brighton. Ini adalah efisiensi yang mencengangkan, yang ditunjukkan dengan rasio gol terbaik dalam karirnya, 0.69 gol per 90 menit.
Rooney dengan jeli menangkap momen ini. “Dia sedang on fire,” katanya, menekankan bahwa Welbeck saat ini adalah striker Inggris dengan bentuk terbaik setelah Harry Kane. Yang lebih penting, ia tampak telah bebas dari belenggu cedera yang sempat menghantuinya di Arsenal dan Watford. Kebugaran dan kepercayaan diri yang ia dapatkan di Brighton telah mengubahnya menjadi ancaman yang konsisten. Dalam konteks Manchester United yang dikabarkan masih kesulitan mencetak gol secara merata, kehadiran seorang penyerang yang sedang “panas” seperti Welbeck bisa menjadi solusi jangka pendek yang sangat berharga.
Etos Kerja dan Kemampuan Teknis yang Komplet
Rooney tidak hanya terpukau oleh angka-angka di papan skor. Ia melihat nilai tambah Welbeck yang justru sering luput dari perhatian: etos kerja dan kualitas teknisnya yang menyeluruh. Dalam deskripsinya, Rooney melukiskan Welbeck sebagai pemain yang “menekan tinggi, agresif, cepat merebut bola, pintar, punya kaki bagus, dan mencetak gol.”
Ini adalah profil striker modern yang tidak hanya berfungsi di area penalti lawan. Kemampuannya dalam pressing dan memulai transisi sangat cocok dengan tuntutan sepak bola kontemporer. Bagi Manchester United yang mungkin sedang beradaptasi dengan sistem manajer baru, memiliki seorang pekerja keras seperti Welbeck bisa memperkuat struktur tim dari depan. Ia bukan hanya finisher, tetapi juga trigger pertama dalam merebut kembali penguasaan bola. Georginio Rutter, rekan setimnya di Brighton, membenarkan hal ini dengan memujinya,
“Dia mencetak gol hampir setiap pertandingan… Dia striker yang sangat bagus, kita lihat itu setiap laga.”
Pujian dari rekan setim ini mengonfirmasi dampak nyatanya di lapangan.
Nilai Pengalaman dan Peran Mentor yang Tak Tergantikan
Di usia 34 tahun, Welbeck membawa serta lebih dari sekadar kemampuan fisik. Ia adalah arsip hidup pengalaman 17 musim di Premier League, dengan catatan mencetak gol di setiap kampanye. Rooney melihat nilai ini sebagai aset tak berwujud yang sangat dibutuhkan United, terutama untuk mendampingi pemain muda seperti Benjamin Sesko atau Rasmus Hojlund.
Rooney membuat analogi yang tepat dengan membandingkan peran potensial Welbeck dengan peran Jordan Henderson di timnas Inggris.
“Dia populer di mana pun dia berada, dan punya kemampuan untuk masuk sebagai pengganti dan memberi dampak besar,”
ujarnya. Welbeck, sebagai jebolan akademi United, memahami DNA dan tekanan yang ada di klub besar tersebut. Ia bisa menjadi figur penenang di ruang ganti, seorang mentor yang tidak hanya memberi nasihat tetapi juga bisa menunjukkan performa di lapangan. Dalam sebuah proyek rebuild yang seringkali dipenuhi dengan ketidakpastian, kehadiran seorang veteran yang dihormati seperti Welbeck dapat memberikan stabilitas yang tak ternilai.
Proyeksi dan Dampak yang Lebih Luas
Seruan Rooney ini tidak hanya berimplikasi untuk Manchester United, tetapi juga membuka perdebatan mengenai masa depan Welbeck di timnas Inggris. Pelatih Three Lions, Thomas Tuchel, dijadwalkan mengumumkan skuad untuk kualifikasi Piala Dunia 2026 pada 7 November 2025, dan Rooney secara tegas mendorong agar Welbeck dipanggil kembali setelah terakhir bermain pada 2018.
“Di belakang Harry Kane, dia adalah striker Inggris paling in-form,”
tekan Rooney. Ia bahkan berani menyarankan untuk mengistirahatkan Kane dan memberi kesempatan kepada Welbeck, Ollie Watkins, atau Ivan Toney untuk mencoba peran utama. Namun, realitasnya, di usia yang akan menjelang 35 tahun saat Piala Dunia digelar, peran Welbeck kemungkinan besar akan sebagai pemain pengganti yang berpengalaman. Meski demikian, argumennya kuat: dalam bentuk seperti ini, Welbeck pantas mendapat pertimbangan serius.
Di tingkat klub, meskipun argumen Rooney terdengar logis, realitas bisnis dan strategis mungkin berbicara lain. Welbeck tampaknya telah menemukan rumah dan kepercayaan diri di Brighton, dengan kontrak yang berakhir pada 2026. Sementara United, dengan fokus pada pembangunan jangka panjang dengan pemain muda, mungkin enggan mengalihkan sumber dayanya. Namun, tidak dapat dipungkiri, analisis Rooney telah menyulut diskusi penting tentang nilai seorang pemain veteran yang sedang dalam bentuk terbaiknya. Ia mengingatkan kita bahwa dalam sepak bola, kadang-kadang solusi terbaik tidak selalu tentang membeli aset termuda dan termahal, tetapi tentang membawa pulang seorang yang memahami jiwa klub dan sedang bersinar.
Kesimpulan: Nostalgia atau Solusi Taktis yang Brillian?
Pada akhirnya, seruan Wayne Rooney untuk memulangkan Danny Welbeck adalah gabungan antara nostalgia dan analisis taktis yang tajam. Di satu sisi, ini adalah kerinduan akan seorang pahlawan akademi yang memahami betul makna berlaga untuk Setan Merah. Di sisi lain, ini adalah pengakuan terhadap sebuah performa yang sedang bersinar terang, sebuah bentuk yang pantas mendapat perhatian dari klub level tertinggi.
Apakah United akan mendengarkan legenda mereka? Waktu yang akan menjawab. Namun, yang pasti, Rooney telah berhasil menyoroti sebuah narasi yang sering terlupakan dalam gegap gempita transfer: bahwa kelas dan pengalaman, ketika dipadukan dengan bentuk fisik yang prima, tetap merupakan komoditas yang sangat berharga di dunia sepak bola modern.
Ikuti terus analisis mendalam dan berita sepak bola terkini hanya di Score.co.id.












