Kartu Merah Persija vs Arema
score.co.id – Saat peluit akhir laga Persija Jakarta melawan Arema FC berbunyi, Stadion Patriot Candrabhaga bagai dihantam badai emosi. Dua kartu merah di babak pertama mengubah jalannya duel pekan ke-26 Liga 1 2024/2025 menjadi kisah pilu bagi Macan Kemayoran. Tak sekadar kekalahan 1-3, pertandingan ini menyisakan pertanyaan besar tentang konsistensi penerapan teknologi VAR dan ketahanan mental pemain dalam tekanan ekstrem.
Dua Momen Kunci yang Mengubur Ambisi Persija
Persija datang dengan strategi menekan sejak menit awal, tapi rencana itu buyar oleh dua keputusan kontroversial wasit Steven Yubel Poli.
Gajos dan Dilema Pelanggaran Berisiko
Maciej Gajos, gelandang andalan asal Polandia, menjadi korban pertama drama VAR pada menit ke-22. Upayanya merebut bola dari Ahmad Maulana berakhir dengan sentuhan keras yang membuat engkel lawannya terpelintir. Awalnya, wasit hanya memberi kartu kuning, namun setelah lima menit peninjauan layar, kartu merah pun diacungkan. Reaksi pelatih Carlos Pena spontan:
Ini terlalu keras! Lapangan becek membuat kontrol kaki tidak sempurna!

Almeida dan Pukulan Telak bagi Lini Serang
Belum reda gemuruh protes, Gustavo Almeida mengulangi kesalahan serupa 14 menit kemudian. Tebakannya yang terlambat ke Pablo Oliveira di area tengah langsung dianggap berbahaya. Lagi-lagi, keputusan wasit berubah setelah melihat VAR. Kepergian striker Brasil itu memaksa Persija bertahan dengan sembilan pemain—skenario terburuk yang bisa dibayangkan skuat ibu kota.
VAR: Penyelamat atau Pemicu Masalah Baru?
Teknologi Video Assistant Referee (VAR) seharusnya menjadi solusi, tapi dalam laga ini justru memantik perdebatan sengit.
Kritik terhadap Transparansi Proses
Selama 10 menit total peninjauan VAR, tidak ada komunikasi jelas antara wasit dengan pemain atau pelatih. “Kami seperti menonton film bisu. Tidak tahu apa yang terjadi di layar,” keluh kapten Persija, Marco Motta. Padahal, di liga-liga Eropa, wasit kerap menjelaskan keputusan via microphone—sebuah standar yang belum diadopsi di Indonesia.
Dampak Psikologis yang Terabaikan
Psikolog olahraga, Dr. Andika Wira, menyoroti efek domino dari insiden ini: “Pemain yang tersisa di lapangan kehilangan fokus karena terlalu banyak memikirkan keputusan wasit. Ini mengganggu ritme tim.” Hal itu terlihat dari gol kedua Arema yang tercipta tiga menit setelah kartu merah kedua—buah dari konsentrasi yang buyar.
Peta Klasemen dan Implikasi Bagi Dua Kubu
Kekalahan ini menggeser posisi Persija ke peringkat empat, sementara Arema melesat ke urutan enam dengan poin berharga.
Persija: Ujian Kedalaman Skuad
Tanpa Gajos dan Almeida di laga berikutnya, pelatih Carlos Pena harus memutar otak. Arhan Pratama dan Ryo Matsumura diprediksi akan naik pangkat menggantikan peran duo pemain kunci tersebut. Tantangan terbesar adalah mempertahankan daya saing di lini tengah, yang selama ini mengandalkan fisik Gajos.
Arema: Momentum untuk Bangkit
Kemenangan ini menjadi sinyal positif bagi skuat Singo Edan. Pablo Oliveira, yang terlibat langsung dalam dua gol, membuktikan diri sebagai pahlawan baru. “Kami belajar dari kesalahan sebelumnya. Kini saatnya konsisten,” tegas pelatih Javier Roca dalam konferensi pers.
Protes Suporter dan Ancaman Krisis Kepercayaan
Dukungan fanatik suporter Indonesia kerap berbalik jadi bumerang ketika kontroversi terjadi.
The Jack Menuntut Akuntabilitas
Kelompok suporter Persija merencanakan unjuk rasa ke kantor PSSI dengan tuntutan utama: transparansi penggunaan VAR. Spanduk bertuliskan “VAR Bukan Alat Pembenar Kesalahan Wasit!” telah viral di media sosial. Sebaliknya, Aremania membalas dengan sindiran: “Belajar disiplin, jangan salahkan teknologi!”
Respons PSSI dan Masa Depan VAR
Ketua Komdis PSSI, Erwin Tobing, berjanji meninjau ulang insiden ini. “Kami akan undang pelatih kedua tim untuk dengar pendapat,” ujarnya. Kabar buruknya, sanksi finansial mungkin menanti Persija jika protes berlebihan dari bangku cadangan terbukti melanggar aturan.
Refleksi untuk Sepakbola Indonesia: Teknologi dan Mentalitas
Laga ini menjadi cermin bagi dua masalah klasik sepakbola tanah air: implementasi teknologi setengah hati dan kedewasaan dalam menghadapi tekanan.
Pelatihan Wasit: Darurat atau Sekadar Formalitas?
Mantan wasit internasional, Jimmy Napitupulu, angkat bicara: “VAR hanya alat. Yang perlu dibenahi adalah kualitas pengambil keputusan. Wasit kita belum siap menghadapi tekanan waktu dan emosi di lapangan.”
Mental Pemain: Antara Emosi dan Rasionalitas
Kartu merah kedua Almeida menunjukkan betapa emosi bisa mengalahkan logika. “Dia tahu tim sudah berkekurangan, tapi tetap nekat melakukan tekel. Itu kesalahan fatal,” kritik mantan kapten Persija, Ismed Sofyan.
Penutup
Insiden Persija vs Arema FC bukan sekadar tentang dua kartu merah, melainkan ujian besar bagi integritas sepakbola Indonesia. VAR, yang seharusnya menjadi penengah, justru memunculkan pertanyaan tentang kompetensi dan konsistensi. Bagi Persija, ini saatnya introspeksi; bagi Arema, momen membuktikan bahwa kesabaran memberi hasil. Satu hal pasti: Liga 1 tetap menjadi ajang pertunjukan yang tak pernah kehabisan cerita.
Pantau terus perkembangan teraktual hanya di score.co.id—sumber berita sepakbola paling terpercaya!












