Gelandang Terbaik Jerman Sepanjang Masa
score.co.id – Sepak bola Jerman selama puluhan tahun identik dengan disiplin, efisiensi, dan kekuatan kolektif. Namun, di balik mesin yang berjalan dengan presisi itu, selalu ada para pengendali permainan, otak yang mengatur ritme, dan jiwa yang mencetak momen-momen bersejarah. Para gelandang inilah yang sering menjadi pembeda antara tim yang baik dan tim yang legendaris. Artikel ini tidak sekadar menyajikan daftar nama, tetapi sebuah eksplorasi mendalam tentang sepuluh maestro tengah terhebat yang pernah dihasilkan Jerman. Kita akan mengupas gaya bermain, warisan taktis, dan momen-momen ikonik yang menjadikan mereka figur abadi dalam sejarah sepak bola, berdasarkan analisis komprehensif dari berbagai sumber terpercaya.
Dari Lothar Matthäus yang tak tertandingi hingga kepiawaian Toni Kroos yang baru saja mengakhiri karirnya, daftar ini disusun dengan mempertimbangkan prestasi di level klub dan internasional, pengaruh terhadap permainan, serta konsistensi di puncak. Inilah para arsitek kemenangan, para pemimpin di lapangan hijau, yang namanya terukir emas.

Lothar Matthäus: Sang Kolonel yang Tak Terbantahkan
Jika ada satu nama yang hampir selalu berada di puncak setiap peringkat gelandang terbaik Jerman, itu adalah Lothar Matthäus. Karirnya adalah sebuah epik: 150 caps untuk tim nasional, sebuah rekor yang berbicara tentang daya tahan dan kualitas luar biasa. Matthäus bukan sekadar pemain; ia adalah sebuah kekuatan alam. Sebagai gelandang serba bisa (box-to-box), ia memiliki segalanya. Kemampuan bertahan yang tangguh, visi passing yang memecah garis lawan, dan tembakan jarak jauh yang mematikan.
Kepemimpinannya sebagai kapten membawa Jerman Barat merebut Piala Dunia 1990, di mana ia juga memenangkan Ballon d’Or. Di level klub, tujuh gelar Bundesliga bersama Bayern Munich membuktikan dominasinya di domestik. Keunikan Matthäus terletak pada kemampuannya untuk berevolusi; dari gelandang menyerang menjadi libero di akhir karirnya, ia tetap menjadi pemain yang menentukan. Ia adalah prototipe sempurna dari semangat dan kecerdasan sepak bola Jerman.

Toni Kroos: Maestro Pengatur Tempo
Ketika Toni Kroos memutuskan pensiun setelah Euro 2024, sepak bola dunia kehilangan salah satu pengendali permainan terelegan sepanjang masa. Kroos adalah definisi dari metronom. Passingnya bukan sekadar mengoper bola, tetapi tentang mengatur ritme permainan, menciptakan harmoni, dan menghancurkan tekanan lawan dengan ketenangan yang hampir tak manusiawi. Akurasi passingnya yang konsisten di atas 90% adalah bukti teknisnya yang nyaris sempurna.
Warisan Kroos terukir dalam trofi. Enam gelar Liga Champions, satu Piala Dunia 2014, dan berbagai gelar domestik di Jerman dan Spanyol berbicara banyak. Perannya sebagai otak di balik kemenangan Jerman di Brasil 2014 dan dominasi Real Madrid di Eropa tak ternilai harganya. Ia mungkin tidak mencetak gol spektakuler setiap pekan, tetapi setiap kemenangan timnya selalu menyisakan sidik jari kepiawaiannya dalam mengolah permainan.
Bastian Schweinsteiger: Sang Fußballgott
Dari seorang pemain sayap yang menjanjikan, Bastian Schweinsteiger berevolusi menjadi jantung pertahanan Bayern Munich dan timnas Jerman. Julukan “Fußballgott” (Dewa Sepak Bola) yang disematkan fans Bayern padanya bukanlah sebuah gurauan. Schweinsteiger mewujudkan semangat bertarung. Ia adalah gelandang sentral yang lengkap, dengan kemampuan teknis tinggi, passing yang tajam, dan mentalitas bertarung yang menginspirasi.
Delapan gelar Bundesliga dan satu treble winner pada 2013 adalah mahakaryanya di level klub. Namun, momen puncaknya adalah ketika ia memimpin Jerman menjuarai Piala Dunia 2014, bermain dengan suntikan dan perban, mengorbankan segalanya untuk tim. Ketangguhan fisik dan kecerdasan taktisnya membuatnya menjadi pemain yang sangat diandalkan dalam pertandingan-pertandingan besar.
Michael Ballack: Pemimpin yang Tragis dan Karismatik
Michael Ballack adalah sosok yang karismatik dan sedikit tragis. Sebagai gelandang serba bisa (all-purpose midfielder), kehadirannya sangat dominan. Dengan fisik yang kuat, tendangan jarak jauh yang dahsyat, dan kemampuan memasuki kotak penalti yang intuitif, Ballack adalah ancaman konstan. Ia adalah pemimpin alami, seorang kapten yang membawa beban tim di pundaknya.
Prestasinya bersama Bayern Munich dan Chelsea sangat gemilang, termasuk tiga gelar Bundesliga. Namun, di timnas, ia sering dijuluki “raja kedua”, membawa Jerman menjadi runner-up Piala Dunia 2002 dan Euro 2008. Meski begitu, pengaruhnya tak bisa dipandang remeh. Ia adalah simbol ketangguhan Jerman di era transisi, seorang bintang dunia yang selalu memberikan segalanya di lapangan.
Wolfgang Overath: Sang Dirigen Klasik dari Köln
Sebelum era passing berkecepatan tinggi, ada Wolfgang Overath. Sebagai playmaker orisinal bagi FC Köln dan timnas Jerman, Overath adalah otak di balik serangan. Kaki kirinya adalah sebuah senjata, menghasilkan umpan-umpan berisi yang seolah bisa membaca pikiran rekan setimnya. Ia menghabiskan seluruh karirnya di Köln, sebuah kesetiaan yang langka, dan memenangkan satu gelar Bundesliga serta Piala Dunia 1974.
Kelebihan Overath terletak pada visi dan kecerdasan teknisnya. Ia tidak mengandalkan kecepatan, tetapi pada timing dan penempatan posisi yang sempurna. Dalam sepak bola modern, perannya mungkin setara dengan seorang “regista”, pengendali yang bermain dari kedalaman dan menentukan arah serangan.
Günter Netzer: Si Jenius Rambut Pirang yang Revolusioner
Günter Netzer adalah pemberontak. Dengan rambut pirangnya yang ikonis, ia membawa gaya dan kreativitas yang menyegarkan ke lapangan hijau. Ia adalah pass-master jenius yang mengutamakan serangan langsung dan umpan-umpan mematikan. Gaya bermainnya yang flamboyan dan penuh improvisasi menjadi ciri khas Borussia Mönchengladbach di era 70-an.
Meski jumlah capsnya tidak sebanyak lainnya, pengaruhnya sangat besar. Ia adalah kunci kemenangan Jerman di Euro 1972 dan juga bagian dari skuad juara Piala Dunia 1974. Netzer membuktikan bahwa dalam mesin yang terstruktur rapi sepak bola Jerman, ada ruang untuk seorang jenius yang menciptakan momen kejutan.
Fritz Walter: Sang Kapten Pahlawan Bern
Fritz Walter lebih dari sekadar pemain sepak bola; ia adalah simbol kebangkitan Jerman pasca Perang Dunia II. Sebagai gelandang serang, kepemimpinannya membawa Jerman meraih kemenangan ajaib dalam “The Miracle of Bern” di Piala Dunia 1954. Dalam kondisi cuaca buruk yang menguntungkan timnya, Walter menginspirasi rekan-rekannya untuk mengalahkan Hungaria yang tak terkalahkan.
Kemampuannya dalam mencetak gol dan mengorganisir serangan membuatnya menjadi legenda. Ia adalah pemain yang mengikat sebuah bangsa yang sedang terluka, menunjukkan bagaimana sepak bola bisa menjadi pemersatu dan sumber harapan.
Bernd Schuster: Si Pirang yang Elegan dan Pemberontak
Dijuluki “Der Blonde Engel” (Malaikat Pirang), Bernd Schuster adalah gelandang dengan teknik tinggi dan elegan. Kemampuannya dalam mengontrol permainan, mendistribusikan bola, dan membaca situasi membuatnya menjadi organizer ulung. Karirnya yang sukses di Jerman dan Spanyol membuktikan kualitasnya yang diakui secara internasional.
Namun, karir internasionalnya terpotong pendek karena konflik dengan federasi dan pelatih. Meski begitu, dengan hanya 21 caps, ia memenangkan Euro 1980. Bakat Schuster yang luar biasa sering diwarnai dengan sifatnya yang keras kepala, menciptakan narasi tentang seorang jenius yang tak pernah sepenuhnya mewujudkan potensinya di tingkat tertinggi.
Thomas Häßler: Sang Pengendali Bola Mungil
Thomas Häßler adalah bukti bahwa ukuran bukanlah segalanya. Dengan postur yang tidak terlalu tinggi, ia menguasai permainan dengan kemampuan dribbling dan passing yang luar biasa. Ia adalah spesialis set-piece yang ditakuti, dengan tendangan bebas yang sering berujung gol.
Häßler adalah pilar penting dalam kesuksesan Jerman di Piala Dunia 1990 dan Euro 1996. Kepercayaan dirinya dalam membawa bola dan visinya dalam mengurai pertahanan lawan membuatnya menjadi pemain yang sangat menghibur dan efektif. Ia mewakili era gelandang kreatif murni yang bisa mengubah jalannya sebuah pertandingan dengan satu sentuhan.
Stefan Effenberg: Sang Singa yang Menakutkan
Stefan Effenberg adalah kekuatan yang brutal dan mengintimidasi. Dijuluki “Der Tiger” (Harimau), ia adalah gelandang sentral yang dominan secara fisik dan mental. Dengan 109 kartu kuning dalam karir Bundesliga-nya, ia tidak segan-segan untuk melakukan tekel keras. Namun, di balik sifatnya yang agresif, tersembunyi kualitas passing dan kepemimpinan yang brilian.
Dialah kapten yang memimpin Bayern Munich meraih gelar Liga Champions pada 2001. Kepemimpinannya yang vokal dan demanding sering kali menjadi pendorong bagi rekan-rekannya untuk tampil lebih baik. Effenberg adalah pemimpin sejati yang tidak hanya memerintah dengan kata-kata, tetapi juga dengan contoh di lapangan.
Perbandingan Prestasi Utama Legenda Gelandang Jerman
Tabel ini dengan jelas menunjukkan betapa beragamnya jalan menuju keabadian. Beberapa, seperti Matthäus, mendominasi melalui kelengkapan dan rekor. Yang lain, seperti Kroos, menguasai dengan spesialisasi dan presisi yang tak tertandingi. Trofi internasional menjadi penanda utama, meski pengaruh di level klub juga sangat diperhitungkan.
- 1. Lothar Matthäus: Caps Jerman – 150, Gelar Bundesliga – 7, Trofi Internasional Utama – Piala Dunia 1990, Euro 1980, Penghargaan Individu Penting – Ballon d’Or 1990
- 2. Toni Kroos: Caps Jerman – 106, Gelar Bundesliga – 3, Trofi Internasional Utama – Piala Dunia 2014, Penghargaan Individu Penting – Pemain Terbaik Jerman 2018
- 3. Bastian Schweinsteiger: Caps Jerman – 121, Gelar Bundesliga – 8, Trofi Internasional Utama – Piala Dunia 2014, Penghargaan Individu Penting – –
- 4. Michael Ballack: Caps Jerman – 98, Gelar Bundesliga – 3, Trofi Internasional Utama – -, Penghargaan Individu Penting – Pemain Terbaik Jerman (3x)
- 5. Wolfgang Overath: Caps Jerman – 81, Gelar Bundesliga – 1, Trofi Internasional Utama – Piala Dunia 1974, Penghargaan Individu Penting – –
- 6. Günter Netzer: Caps Jerman – 37, Gelar Bundesliga – 2, Trofi Internasional Utama – Piala Dunia 1974, Euro 1972, Penghargaan Individu Penting – Pemain Terbaik Jerman (2x)
- 7. Fritz Walter: Caps Jerman – 61, Gelar Bundesliga – -, Trofi Internasional Utama – Piala Dunia 1954, Penghargaan Individu Penting – –
- 8. Bernd Schuster: Caps Jerman – 21, Gelar Bundesliga – 1, Trofi Internasional Utama – Euro 1980, Penghargaan Individu Penting – –
- 9. Thomas Häßler: Caps Jerman – 101, Gelar Bundesliga – 1, Trofi Internasional Utama – Piala Dunia 1990, Euro 1996, Penghargaan Individu Penting – Pemain Terbaik Jerman (2x)
- 10. Stefan Effenberg: Caps Jerman – 35, Gelar Bundesliga – 3, Trofi Internasional Utama – -, Penghargaan Individu Penting – –
Proyeksi Warisan dan Penutup
Daftar sepuluh gelandang terbaik Jerman ini bukanlah sebuah kebetulan, melainkan cerminan dari tradisi sepak bola yang menghargai kecerdasan, visi, dan ketangguhan. Dari era Fritz Walter hingga Toni Kroos, benang merahnya adalah kemampuan untuk mengendalikan permainan dan menjadi penentu di momen-momen kritis. Mereka adalah para arsitek di balik kesuksesan kolektif Jerman.
Warisan mereka terus hidup. Saat ini, kita menyaksikan kebangkitan talenta muda seperti Jamal Musiala dan Florian Wirtz, yang membawa gairah dan kreativitas yang mengingatkan pada para pendahulu mereka. Mereka berdiri di atas pundak para raksasa yang telah membangun fondasi ini. Perdebatan tentang siapa yang terhebat akan selalu ada, karena setiap era melahirkan jenianya sendiri dengan konteks dan tantangan yang berbeda. Namun, satu hal yang pasti: sepak bola Jerman tidak akan pernah kehabisan maestro di lini tengah.
Terus ikuti analisis mendalam dan berita terbaru seputar dunia sepak bola hanya di Score.co.id.












