Oliver Glasner Tim yang Dilatih dan Strategi Kepelatihan

Taktik dan Tim Oliver Glasner Sepanjang Karier

Oliver Glasner Tim Yang Dilatih
Oliver Glasner Tim Yang Dilatih

Oliver Glasner Tim yang Dilatih

Score.co.id – Siapa yang bisa membayangkan Crystal Palace, klub yang selama lebih dari seabad berjuang menembus dominasi raksasa Premier League, akhirnya mengangkat trofi besar pertamanya di bawah asuhan seorang pelatih Austria yang kurang dikenal dua dekade lalu? Oliver Glasner, nama yang kini bergema di seluruh Eropa, telah menorehkan tinta emas dalam sejarah sepak bola modern. Hingga 2025, ia tidak hanya membawa Palace meraih Piala FA—trofi pertama dalam 120 tahun berdirinya klub—tetapi juga mengukir jejak sebagai pelatih spesialis perubahan instan, membawa setiap tim yang dilatihnya menuju puncak dalam waktu singkat. Dengan filosofi taktis yang intens dan pendekatan pragmatis, Glasner adalah bukti hidup bahwa sepak bola bukan sekadar permainan bola, melainkan seni strategi yang hidup.

Berita Utama

Perjalanan kepelatihan Oliver Glasner adalah narasi tentang evolusi, ambisi, dan hasil nyata. Dari lapangan hijau Austria hingga gemerlap Wembley, ia telah membuktikan bahwa bakat taktisnya mampu mengubah nasib klub-klub yang dipimpinnya. Mari kita telusuri jejaknya.

Glasner memulai karir manajerialnya di SV Ried pada 2014, klub tempat ia pernah bermain dan memenangkan dua Piala Austria sebagai pemain. Dalam masa jabatan singkatnya, ia menangani 37 pertandingan dengan persentase kemenangan 35,14%. Langkah kecil ini menjadi fondasi bagi lompatan besar berikutnya.

Taktik dan Tim Oliver Glasner Sepanjang Karier
Taktik dan Tim Oliver Glasner Sepanjang Karier

Pada 2015, ia bergabung dengan LASK, sebuah klub Austria yang saat itu tenggelam di divisi dua. Dalam empat tahun, Glasner mengubahnya menjadi kekuatan yang disegani. Ia membawa LASK promosi ke liga teratas pada 2016/17, memenangkan gelar Austrian Second League, dan pada 2018/19 finis sebagai runner-up, mengamankan tiket Liga Champions—pencapaian monumental bagi klub tersebut. Dalam 161 pertandingan, ia mencatatkan persentase kemenangan impresif 58,39%.

Baca Juga  Prediksi Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia Vs Guinea - Rebut Tiket Terakhir ke Olimpiade 2024!

Kesuksesan di LASK membukakan pintu ke Jerman, tepatnya VfL Wolfsburg, pada 2019. Di sini, Glasner menunjukkan kelasnya di panggung yang lebih besar. Musim pertamanya mengantarkan Wolfsburg ke Liga Europa, diikuti kualifikasi Liga Champions pada musim kedua. Dalam 87 pertandingan, ia mencapai persentase kemenangan 47,13%, membuktikan kemampuannya beradaptasi di Bundesliga yang kompetitif.

Puncak karirnya di Jerman datang bersama Eintracht Frankfurt pada 2021. Di musim perdananya, ia mengukir sejarah dengan memenangkan Liga Europa UEFA 2021-22, trofi Eropa pertama klub dalam beberapa dekade. Musim berikutnya, ia membawa Frankfurt ke babak gugur Liga Champions dan final DFB-Pokal, meski akhirnya kalah. Dalam 97 pertandingan, persentase kemenangannya mencapai 39,18%.

Kini, pada Februari 2024, Glasner mendarat di Crystal Palace, klub yang saat itu terpuruk di posisi ke-15 Premier League. Dalam waktu kurang dari dua tahun, ia mengubah Palace menjadi tim papan tengah yang tangguh, finis di posisi ke-10 pada 2024/25 dengan rekor poin klub 52. Puncaknya? Kemenangan Piala FA 2024-25 melawan Manchester City, trofi besar pertama Palace yang juga mengamankan tempat di Liga Europa. Hingga Oktober 2025, ia telah memimpin 60 pertandingan dengan persentase kemenangan 48,33%. Rata-rata masa jabatannya di setiap klub, 1,71 tahun, menunjukkan pola: Glasner datang, mengubah, menang, lalu menjadi incaran klub besar.

Analisis & Opini

Filosofi Taktis Glasner
Glasner adalah murid sejati Ralf Rangnick, sang pionir gegenpressing. Tim-timnya tidak terpaku pada penguasaan bola—rata-rata hanya 51%—melainkan pada efisiensi dan transisi cepat. Pendekatan ini terlihat jelas di setiap klub yang ia latih, dari LASK hingga Palace. Counter-pressing agresif dan serangan balik kilat adalah DNA permainannya, sebuah gaya yang pernah membuat Xavi, eks-manajer Barcelona, menyebut Frankfurt-nya sebagai “lawan tersulit yang pernah saya hadapi.”

Baca Juga  BURSA TRANSFER - Soal Rumor Barcelona Incar Gelandang Girona, Xavi Bilang Begini

Formasi favoritnya, 3-4-2-1, bukan sekadar angka di papan taktik. Ia fleksibel, sering beralih ke 3-2-5 saat menyerang atau 5-2-3 saat bertahan. Di Palace, misalnya, wing-back seperti Daniel Muñoz menjadi kunci, maju untuk memberikan umpan silang atau masuk ke half-spaces guna menciptakan kelebihan jumlah pemain. Fleksibilitas ini adalah kekuatan utama Glasner, memungkinkannya menyesuaikan strategi melawan lawan mana pun.

Serangan yang Terstruktur
Secara ofensif, Glasner membangun serangan dari belakang dengan tiga bek dan dua gelandang bertahan sebagai fondasi. Wing-back berperan besar, seperti terlihat di final Piala FA 2025, ketika umpan Muñoz mengantarkan gol kemenangan Eberechi Eze. Trio penyerang Palace—Jean-Philippe Mateta, Eze, dan Ismaila Sarr—menjadi ancaman konstan, dengan Mateta mencetak 21 gol di Premier League 2024/25 berkat kemampuan hold-up play-nya yang membuka ruang bagi rekan setim.

Pertahanan yang Solid
Di sisi defensif, Glasner mengandalkan kekompakan dan pressing terkoordinasi. Timnya menggunakan zonal marking dan sering memasang “perangkap pressing lebar” di sayap untuk memaksa lawan ke posisi sulit. Melawan Manchester City di final Piala FA, ia sengaja membiarkan City menguasai bola (68%) namun menutup ruang di tengah, memaksa mereka mengandalkan umpan silang yang lebih mudah diantisipasi. Adaptasi cerdas ini menunjukkan Glasner bukan pelatih dogma, melainkan pragmatis.

Dampak & Prediksi

Dampak di Crystal Palace
Kedatangan Glasner di Palace pada 2024 ibarat angin segar. Dari ancaman degradasi, ia membawa klub ke posisi 10 dan mengakhiri paceklik trofi dengan Piala FA. Dampaknya tak hanya di lapangan—kepercayaan diri skuad dan dukungan suporter melonjak. “Glasner membawa mentalitas pemenang yang kami rindukan selama bertahun-tahun,” kata kapten Palace, Marc Guéhi, usai final Wembley.

Baca Juga  Barcelona Tunjuk 3 Kandidat Utama Pelatih Baru, DNA Klub Disingkirkan

Prediksi Masa Depan
Dengan komitmennya pada Palace—“Saya 100% di sini,” katanya pasca-kemenangan Piala FA—Glasner tampaknya ingin membangun dinasti, bukan sekadar menjadi “pelatih sementara.” Jika ia berhasil mempertahankan konsistensi di Premier League dan membawa Palace bersaing di Eropa, namanya bisa sejajar dengan pelatih elite seperti Jürgen Klopp atau Thomas Tuchel dalam dekade mendatang. Namun, tantangannya adalah mengubah kesuksesan instan menjadi warisan jangka panjang.

Kutipan Penting

“Oliver mengubah cara kami bermain dan berpikir. Ia membuat kami percaya bahwa trofi itu mungkin.”
— Eberechi Eze, gelandang Crystal Palace, usai kemenangan Piala FA 2025.

Tabel

Klub Periode Pertandingan Menang Persentase Kemenangan Prestasi Utama
SV Ried 2014-2015 37 13 35,14%
LASK 2015-2019 161 94 58,39% Promosi Liga 1, Juara Liga 2 Austria
VfL Wolfsburg 2019-2021 87 41 47,13% Kualifikasi Liga Champions
Eintracht Frankfurt 2021-2023 97 38 39,18% Juara Liga Europa
Crystal Palace 2024-Sekarang 60 29 48,33% Juara Piala FA

Penutupan

Oliver Glasner bukan sekadar pelatih; ia adalah arsitek transformasi. Dari SV Ried hingga Crystal Palace, ia telah membuktikan bahwa dengan taktik cerdas dan manajemen pemain yang tepat, kesuksesan bisa diraih dalam waktu singkat. Tantangan berikutnya adalah membawa Palace ke level baru, dan jika ada yang bisa melakukannya, Glasner adalah orangnya.

Ingin update terbaru seputar sepak bola dan analisis mendalam lainnya? Pantau terus Score.co.id!