SCORE.CO.ID – Siti Fadia Silva Ramadhanti begitulah nama panggilan akrabnya, pebulutangkis berusia 25 tahun ini sekarang sudah disebut sebagai “pemain sibuk” sepanjang 2025, kenapa?
Selain bermain rangkap, ia juga punya empat partner berbeda.
Pertama, dia pernah dipasangkan oleh Rehan Naufal pada tahun 2017, kala itu Fadia/Rehan sebagai ganda campuran berhasil sukses di turnamen
Asia Junior Championships 2017 dengan meraih emas.
Tak hanya dikenal sebagai juara Junior, dia pertama kalinya dikenalkan kepada pecinta badminton dunia, saat namanya kian ‘meroket’ saat dipasangkan dengan Apriyani Rahayu.
Bersama Apri, Fadia langsung ‘mencetak’ beragam prestasi di tur BWF, mulai dari juara di Malaysia Open 2022, Singapore Open 2022 dan Hong Kong Open 2023.
Kiprah Apri/Fadia yang ‘moncer’ sempat ‘digadang²’ bersinar di Olimpiade Paris 2024, tetapi hasil yang diperoleh jauh dari kata optimal, mereka tersingkir di fase grup setelah mengalami tiga kekalahan.
Setelah Olimpiade, Fadia dan Apri menjalani latihannya secara terpisah, kebetulan Apri juga dalam proses pemulihan diri efek dari cidera.
Sudah satu partner yang telah dijalaninya, daripada menunggu pemulihan cedera Apriyani yang tak pasti. Guna performa tetap terjaga, Eng Hian yang ketika itu masih menjadi pelatih ganda putri, memutuskan untuk memasangkannya dengan Lanny Tria Mayasari dan memasuki musim 2025.
PBSI dengan susunan pelatihan baru memutuskan ia bermain juga di sektor ganda campuran, bersama Dejan Ferdinansyah untuk partner keempatnya.
Saat ditanya awak media, justru Siti Fadia main rangkap malah senang dan selalu siap jika dibutuhkan.
“Pelatih bertanya sih siap atau enggak, pasti selalu siap sih buat main rangkap, jadi mau main rangkap, main apa saja siap terus”, terangnya.
Dia juga menambahkan ketika main rangkap kebanyakan latihan yang dilakukannya adalah stretching pemula.
“Paling saya ‘stretching’ dan istirahat sebentar kalau ada waktu dukung teman yang main sembari menunggu match”
“Kalau mengatur ‘mindset’nya sih berusaha semaksimal mungkin ya mau dipasangkan sama siapa saja, saya fokus dengan individu dan coba kasih yang terbaik saja di lapangan”, tutup keterangannya.
Padahal yang ditakutkan adalah bila Fadia mengikuti turnamen dengan menjadi pemain rangkap beruntun adalah cedera parah.
Janganpun yang bermain rangkap, bahkan seperti Christian Adinata hanya bermain tunggal putra bisa terkena cedera lutut akut saat tampil di semifinal Malaysia Masters 2023 pada Mei silam.
Adinata gagal mendarat dengan tepat saat melakukan smash kala itu, dan sampai sekarang dia masih dalam tahap pemulihan.
Bayangkan, itu hanya bermain di satu sektor. Bagaimana dengan nasib Siti Fadia yang main rangkap?
Apalagi mengingat jadwal turnamen BWF selalu berdekatan, jaraknya hanya dua mingguan sekali ini yang paling jauh, jika paling dekat hanya dua hari saja.
Bahkan jika terus dipaksakan ketika Siti Fadia main rangkap, cedera lutut atau nasibnya seperti Yeremia Rambitan dimana mengalami cedera cukup fatal yaitu ACL itu bisa merugikan untuk Fadia sendiri.
Apalagi durasi bermain ganda campuran sangat cepat, temponya secepat ganda putra, bayang-bayang cedera anterior cruciate ligaments ( ACL ) terus menghantui Siti Fadia ini. Sekarang tinggal menunggu waktu jatuhnya saja, ini bisa terjadi atau tidak. Tapi yang pasti stamina pemain bulutangkis Indonesia tak seperti China ataupun Korea Selatan.
PBSI sebaiknya waspada dengan atlet berprestasi mereka jika tak mau mengalami hal yang sama seperti atlet-atlet cedera sebelumnya.












