Terakhir Kali Tottenham Juara
Score.co.id – Tottenham Hotspur selalu menjadi klub yang penuh dengan narasi dramatis. Namun, musim 2024/25 yang baru saja berlalu mungkin adalah babak paling kontradiktif dalam sejarah panjang mereka. Sebuah trofi Eropa yang dinanti-nanti setelah penantian 17 tahun, tetapi dibayangi oleh bayang-bayang kelam di pentas domestik. Kini, dengan wajah baru di kursi manajer dan skuad yang mengalami transformasi radikal, sebuah pertanyaan besar menggantung: bisakah keajaiban itu terulang, atau justru prioritas klub telah bergeser sepenuhnya?
Mengakhiri Puasa Trofi dengan Paradoks yang Menyiksa
Tepatnya pada tahun 2008, Tottenham Hotspur terakhir kali mengangkat sebuah piala mayor, yaitu Piala Liga. Sejak saat itu, bagi para penggemar setianya, penantian akan gelar berikutnya terasa seperti sebuah kutukan. Semua itu akhirnya berakhir di bawah langit Bilbao pada musim panas 2025. Dengan ketegangan yang mencekam, Spurs berhasil mengalahkan Manchester United dengan skor tipis 1-0 di final Liga Europa. Brennan Johnson menjadi pahlawan dengan gol tunggalnya, mencatatkan namanya dalam legenda klub dan mengakhiri puasa panjang yang menyiksa.

Namun, euforia kemenangan itu ternoda oleh realita pahit di Premier League. Alih-alih bersaing di papan atas, Tottenham justru terlibat dalam pertarungan menghindari degradasi. Mereka mengakhiri musim di posisi ke-17, hanya selangkah di atas zona merah. Ini merupakan finis terburuk mereka di era liga premier modern. Kontradiksi yang begitu tajam antara kesuksesan di Eropa dan kegagalan total di domestik ini menciptakan situasi yang tidak nyaman bagi semua pihak. Pencapaian memenangkan trofi, yang seharusnya menjadi momen kebanggaan tertinggi, justru terjadi di tengah-tengah musim yang bisa dibilang merupakan sebuah bencana.
Era Baru di Bawah Komando Thomas Frank
Keputusan berat harus diambil oleh dewan direksi klub. Meski telah mengantarkan trofi, masa depan Ange Postecoglou tidak bisa dipertahankan. Kestabilan di liga dinilai lebih penting daripada sekadar satu gelar piala. Maka, klub pun bergerak cepat dengan merekrut Thomas Frank, sang arsitek di balik kesuksesan Brentford. Tugas utama Frank jelas: menstabilkan performa tim di Premier League dan membangun fondasi yang kokoh untuk jangka panjang.
Kemenangan di Liga Europa membawa sebuah hadiah yang jauh lebih berharga daripada sekadar piala perak: tiket langsung ke babak penyisihan grup Liga Champions UEFA musim 2025/26. Akses ke kompetisi elit Eropa ini memberikan suntikan dana finansial yang sangat signifikan, yang langsung dimanfaatkan untuk melakukan perombakan skuad secara besar-besaran. Tottenham menjadi salah satu aktor paling aktif di pasar transfer musim panas 2025. Mereka mendatangkan sejumlah nama besar seperti:
- Mohammed Kudus dari West Ham United
- Xavi Simons, gelandang kreatif
- Mathys Tel, yang dipertahankan secara permanen
- Kevin Danso, untuk memperkuat lini pertahanan yang keropos
Eksodus pemain juga terjadi, termasuk kepergian sang kapten dan legenda, Son Heung-min, yang menandai berakhirnya sebuah era sekaligus dimulainya babak baru yang sepenuhnya.
Analisis Strategis: Trofi Sebagai Batu Loncatan, Bukan Tujuan Akhir
Apa yang terjadi dengan Tottenham adalah sebuah studi kasus yang menarik tentang evolusi prioritas di sepakbola modern tingkat elite. Musim 2024/25 menunjukkan sebuah paradigma baru: sebuah trofi, meskipun sangat didambakan, bisa menjadi sekadar batu loncatan menuju tujuan yang lebih besar, yaitu stabilitas finansial dan kompetitif jangka panjang. Trofi Liga Europa dilihat bukan sebagai akhir perjalanan, melainkan sebagai katalis yang memungkinkan sebuah “reset” total.
Keputusan memecat seorang manajer yang baru saja mempersembahkan gelar adalah langkah yang sangat berani dan tidak konvensional. Hal ini mengirimkan pesan yang jelas: konsistensi dalam liga adalah fondasi yang tidak bisa ditawar. Nilai sebenarnya dari kemenangan di Bilbao bukanlah trofinya, melainkan slot Liga Champions yang diraih. Slot inilah yang menjadi penyelamat finansial, memungkinkan klub mendanai revolusi skuad di bawah seorang manajer baru yang diyakini bisa membangun tim yang lebih solid dan konsisten. Dengan kata lain, trofi tersebut digunakan sebagai alat untuk membenarkan dan membiayai proses transisi yang pada akhirnya menyebabkan sang pemenang trofi kehilangan pekerjaannya. Ini adalah sebuah permainan catur strategis yang dingin dan penuh perhitungan.
Prospek Musim 2025/26: Realistis atau Ambisius?
Lantas, bagaimana prospek Tottenham di musim pertamanya di bawah Thomas Frank? Awal musim ini cukup menggembirakan, dengan tim menunjukkan stabilitas yang lebih baik dan duduk di peringkat ketiga klasemen pada akhir September. Namun, jalan masih sangat panjang. Para pakar dan bandar taruhan masih memandang Spurs dengan sikap wait-and-see, mengingat betapa drastisnya perubahan yang terjadi.
Prospek Tottenham Hotspur Musim 2025/26
| Kompetisi / Hasil | Peluang | Analisis |
|---|---|---|
| Juara Premier League | 50/1 | Tantangan gelar dianggap sangat tidak mungkin untuk musim ini. Fokus utama adalah membangun identitas tim. |
| Finis di 4 Besar | 5/1 | Akan menjadi pencapaian yang luar biasa bagi Thomas Frank dan akan melampaui ekspektasi kebanyakan orang. |
| Finis di 6 Besar | 6/4 | Target yang paling realistis dan dapat dicapai. Akan menandai kemajuan yang signifikan dari musim lalu. |
| Memenangkan Trofi Apapun | 7/2 atau 4/1 | Mengulangi kesuksesan trofi mungkin terjadi, tetapi fokus utama kemungkinan besar adalah liga. |
| Juara Liga Champions | 66/1 | Sebuah mimpi yang indah. Kemajuan ke babak knockout saja sudah akan dianggap sebagai kesuksesan besar. |
Sebuah Penutup tentang Definisi Sukses yang Baru
Jadi, mampukah Tottenham mengulangi kesuksesan musim lalu? Pertanyaannya mungkin perlu dirumuskan ulang. Apakah “sukses” bagi Spurs musim 2025/26 diartikan sebagai mengangkat trofi lagi? Tampaknya tidak. Gelar Liga Europa musim lalu adalah sebuah anomali dalam konteks performa keseluruhan yang buruk. Kesuksesan sejati untuk musim ini akan diukur dengan hal yang lebih substantif: kembalinya konsistensi, terbentuknya identitas permainan yang jelas di bawah Thomas Frank, dan yang terpenting, merebut kembali posisi mereka sebagai klub yang secara rutin bersaing di papan atas Premier League. Trofi mungkin akan datang sebagai buah dari proses yang benar, tetapi untuk saat ini, fondasi yang kokoh adalah piala yang sesungguhnya.
Ikuti terus perkembangan berita sepakbola terkini dan analisis mendalam hanya di Score.co.id.












