Tim yang Dilatih Erik ten Hag
Score.co.id – Era kepelatihan Erik ten Hag kembali menjadi sorotan setelah petualangan singkatnya di Bayer Leverkusen berakhir dengan pemecatan mengejutkan. Bagaimana seorang pelatih yang pernah membawa Ajax Amsterdam ke semifinal Liga Champions bisa mengalami penurunan karier sedrastis ini? Dalam laporan eksklusif score.co.id, kami mengupas tuntas perjalanan karier sang strategis Belanda yang penuh kontroversi dan pelajaran berharga.
Masa Keemasan di Ajax Amsterdam (2017-2022)
Erik ten Hag mengambil alih kursi kepelatihan Ajax pada Desember 2017 di tengah situasi tim yang tidak menentu. Keputusannya untuk menerapkan filosofi sepakbola menekan tinggi dengan basis penguasaan bola ternyata menjadi resep sukses yang mengubah wajah klub ibukota Belanda tersebut.

Puncak Kesuksesan 2018-2019
Puncak kesuksesannya terjadi pada musim 2018-2019 ketika Ajax meraih treble domestik yang disertai dengan penampilan fenomenal di Liga Champions. Tim muda binaannya berhasil menaklukkan raksasa Eropa seperti:
- Real Madrid dengan skor telak 4-1 di Santiago Bernabeu.
- Juventus di babak perempat final.
Perjalanan epik mereka hanya terhenti di semifinal oleh Tottenham Hotspur melalui drama gol di detik-detik akhir pertandingan.
Prestasi di Ajax
Selama lima tahun membesut Ajax, ten Hag mengumpulkan:
- Tiga gelar Eredivisie
- Dua Piala KNVB
- Satu Johan Cruyff Shield
Yang lebih mengesankan adalah rata-rata poin per pertandingannya yang mencapai 2.34 dari total 215 pertandingan yang ditangani. Prestasi ini tidak lepas dari kemampuannya mengembangkan pemain muda seperti Frenkie de Jong, Matthijs de Ligt, dan Donny van de Beek yang kemudian dijual dengan harga fantastis.
Tantangan Berat di Manchester United (2022-2024)
Ketika Manchester United merekrutnya pada April 2022, banyak pengamat yang yakin ten Hag akan menjadi solusi jangka panjang bagi krisis yang melanda Setan Merah pasca era Sir Alex Ferguson. Kontrak awalnya hingga 2025 bahkan diperpanjang setahun lebih awal menjadi pertanda baik.
Musim Pertama yang Menjanjikan
Musim pertamanya di Old Trafford terbilang sukses dengan:
- Finish di posisi ketiga klasemen Premier League.
- Merebut Piala EFL setelah mengalahkan Newcastle United 2-0.
- Melangkah ke final Piala FA.
Trofi Piala EFL tersebut menjadi akhir dari penantian enam tahun tanpa gelar bagi fans United.
Kejatuhan di Musim Kedua
Namun musim kedua menjadi batu sandungan serius. Meski berhasil membawa United juara Piala FA 2024 setelah mengalahkan Manchester City 2-1, performa tim di liga sangat mengecewakan:
- Hanya finish di posisi kedelapan dengan 60 poin – rekor terburuk sejak musim 1989-1990.
- Kegagalan di Liga Champions dengan finish di dasar grup.
Awal musim 2024-2025 menjadi akhir dari petualangannya di Inggris. Dengan hanya mengumpulkan 11 poin dari sembilan pertandingan awal dan tercecer di posisi 14 klasemen, manajemen memutuskan untuk memecatnya pada 28 Oktober 2024. Dari 128 pertandingan yang ditangani, ten Hag hanya mencetak rata-rata 1.84 poin per pertandingan.
Episode Singkat dan Tragis di Bayer Leverkusen (2025)
Keputusan ten Hag untuk menerima tawaran melatih Bayer Leverkusen pada Mei 2025 sempat mengejutkan banyak kalangan. Dia ditunjuk untuk menggantikan Xabi Alonso yang hengkang ke Real Madrid, dengan tugas menjaga konsistensi tim yang baru saja meraih double winner Bundesliga dan DFB-Pokal musim sebelumnya.
Performa Mengecewakan
Kenyataan berbicara lain. Kepelatihan ten Hag di Leverkusen hanya bertahan 60 hari dengan tiga pertandingan resmi:
- Kemenangan tipis atas SG Sonnenhof di Piala Jerman.
- Kekalahan memalukan dari Hoffenheim di Bundesliga.
- Hasil imbang 3-3 melawan Werder Bremen setelah sempat unggul 3-1.
Pemecatan Cepat
Yang lebih mencengangkan, ten Hag dipecat setelah hanya dua pertandingan liga – rekor pemecatan tercepat dalam sejarah Bundesliga. Penyebab utama meliputi:
- Konflik internal dengan manajemen mengenai transfer.
- Metode latihan yang tidak biasa seperti terlalu banyak push-up.
- Kegagalan membangun chemistry dengan pemain.
Analisis Penyebab Penurunan Karier
Beberapa pakar sepakbola menilai bahwa metode kerja ten Hag yang sangat detail dan disiplin ketat ternyata tidak cocok dengan karakter pemain di luar Belanda. Di Ajax, dia memiliki kendali penuh atas perkembangan pemain muda yang masih bisa dibentuk. Sedangkan di United dan Leverkusen, dia harus berhadapan dengan bintang-bintang mapan dengan ego besar.
Tantangan Adaptasi
Masalah lainnya adalah ketidakmampuan beradaptasi dengan tuntutan liga yang lebih kompetitif. Premier League dan Bundesliga memiliki intensitas dan fisikualitas yang jauh berbeda dengan Eredivisie. Gaya permainan Ajax yang mengandalkan dominasi bola sulit diterapkan di liga dengan kualitas yang lebih merata.
Keputusan Transfer Kontroversial
Keputusan transfer juga turut berkontribusi:
- Di United, dia memaksakan merekrut mantan anak asuhnya seperti Antony dengan harga selangit.
- Di Leverkusen, dia tidak mampu menahan kepergian Florian Wirtz yang menjadi tulang punggung tim.
Dampak dan Proyeksi Masa Depan
Kehancuran ten Hag di Leverkusen telah membuka mata banyak klub Eropa tentang risiko merekrut pelatih dengan filosofi kaku tanpa kemampuan adaptasi. Nasibnya mengingatkan pada pengalaman Louis van Gaal dan lainnya yang gagal mentransfer kesuksesan dari liga Belanda ke kompetisi top Eropa.
Situasi Saat Ini
Saat ini, ten Hag masih menganggur setelah menolak beberapa tawaran melatih berikutnya. Dalam pernyataan resminya melalui agen SEG Football, dia mengaku terkejut dengan keputusan Leverkusen dan menekankan bahwa keberhasilannya di Ajax membutuhkan waktu dan kepercayaan penuh dari manajemen.
Prediksi Karier
Banyak yang memprediksi bahwa ten Hag perlu kembali ke Belanda atau liga dengan level menengah untuk membangun kembali reputasinya. Alternatif lain adalah menerima tawaran dari tim nasional atau klub dengan proyek jangka panjang yang tidak menuntut hasil instan.
Ringkasan Prestasi Erik ten Hag
| Klub | Periode | Pertandingan | Rata-rata Poin | Trofi |
|---|---|---|---|---|
| Ajax Amsterdam | 2017-2022 | 215 | 2.34 | 3 Eredivisie, 2 Piala KNVB, 1 Johan Cruyff Shield |
| Manchester United | 2022-2024 | 128 | 1.84 | 1 Piala EFL, 1 Piala FA |
| Bayer Leverkusen | 2025 | 3 | – | – |
Masa Depan Pelatih Berfilosofi Kaku di Sepakbola Modern
Pengalaman ten Hag menjadi pelajaran berharga bagi dunia kepelatihan modern. Di era dimana kesabaran manajemen klub semakin tipis, pelatih dengan filosofi rigid seperti ten Hag menghadapi tantangan lebih besar untuk beradaptasi.
“Sepakbola modern menuntut fleksibilitas. Filosofi memang penting, tapi kemampuan menyesuaikan dengan material pemain dan karakter liga lebih menentukan kesuksesan,” kata seorang analis sepakbola Eropa yang enggan disebutkan namanya.
Meski demikian, tidak menutup kemungkinan ten Hag akan bangkit kembali. Sejarah mencatat banyak pelatih top seperti Carlo Ancelotti dan Jürgen Klopp yang mengalami fase sulit sebelum akhirnya menemukan formula sukses di tempat baru.
Penutup: Refleksi Perjalanan Erik ten Hag
Perjalanan karier Erik ten Hag dari puncak kesuksesan dengan Ajax hingga kehancuran di Leverkusen dalam kurun delapan tahun menjadi cerita menarik tentang dinamika dunia kepelatihan sepakbola modern. Kesuksesan spektakuler di Ajax tidak serta-merta bisa diulang di klub dengan kultur dan tuntutan berbeda.
Dua gelar domestik dengan Manchester United patut diacungi jempol, namun konsistensi yang menjadi kunci kesuksesan jangka panjang ternyata sulit dipertahankan. Petualangan singkatnya di Jerman semakin mengukuhkan teori bahwa sepakbola elite modern membutuhkan lebih dari sekadar filosofi permainan yang indah.
Bagi ten Hag, waktu istirahat dari dunia kepelatihan mungkin justru menjadi berkah untuk melakukan evaluasi mendalam dan menyusun strategi comeback yang lebih matang. Sepakbola selalu memberikan kesempatan kedua bagi yang mau belajar dari kegagalan.
Tetap ikuti perkembangan terbaru dunia sepakbola dan analisis mendalam hanya di Score.co.id












